• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 29 April 2024

Syiar

Gerhana Bulan 29 Oktober 2023, Ini Tata Cara Shalat Sunnah Gerhana

Gerhana Bulan 29 Oktober 2023, Ini Tata Cara Shalat Sunnah Gerhana
Gerhana Bulan 29 Oktober 2023, Ini Tata Cara Shalat Sunnah Gerhana. (Ilustrasi: NU Online)
Gerhana Bulan 29 Oktober 2023, Ini Tata Cara Shalat Sunnah Gerhana. (Ilustrasi: NU Online)

Gerhana bulan akan kembali terjadi pada Ahad, 29 Oktober 2023 dini hari. Peristiwa gerhana bulan itu akan tampak terlihat dari seluruh wilayah Indonesia, sehingga kita umat Muslim disunnahkan untuk melaksanakan shalat gerhana bulan (khusuful qamar).


Gerhana bulan adalah peristiwa terhalanginya cahaya matahari oleh bumi sehingga tidak semuanya sampai ke bulan. Peristiwa yang merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi matahari, bumi, dan bulan ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya.


Gerhana bulan sebagian (GBS) pada 29 Oktober 2023 ini akan terjadi antara pukul 02:35:22 WIB sampai pukul 03:52:46 WIB. Gerhana Bulan ini adalah fenomena gerhana keempat di tahun 2023.


Gerhana bulan dalam bahasa Arab disebut “khusuf”. Saat terjadi fenomena gerhana bulan kita dianjurkan untuk mengerjakan shalat sunnah dua rakaat atau shalat sunnah khusuf. Shalat sunnah ini terbilang sunnah muakkad.


(و) القسم الثاني من النفل ذي السبب المتقدم وهو ما تسن فيه الجماعة صلاة (الكسوفين) أي صلاة كسوف الشمس وصلاة خسوف القمر وهي سنة مؤكدة


Artinya: Jenis kedua adalah shalat sunnah karena suatu sebab terdahulu, yaitu shalat sunnah yang dianjurkan untuk dikerjakan secara berjamaah yaitu shalat dua gerhana, shalat gerhana matahari dan shalat gerhana bulan. Ini adalah shalat sunnah yang sangat dianjurkan (Syekh Nawawi Banten, Nihayatuz Zein, Bandung, Al-Maarif, tanpa keterangan tahun, halaman 109). 


Dilansir dari NU Online, pelaksanaan shalat gerhana diawali dengan shalat sunnah dua rakaat dan dilanjutkan dengan dua khutbah seperti shalat Idul Fitri atau shalat Idul Adha di masjid. Namun bedanya, setiap rakaat shalat gerhana bulan dilakukan dua kali rukuk.


Sedangkan dua khutbah setelah shalat gerhana bulan ataupun matahari tidak dianjurkan takbir sebagaimana khutbah dua shalat Id. Jamaah shalat gerhana bulan adalah semua umat Islam secara umum sebagai jamaah shalat Id. Sedangkan imamnya dianjurkan adalah pemerintah atau naib dari pemerintah setempat.


Sebelum shalat, imam atau jamaah melafalkan niat berikut:    


أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا/مَأمُومًا لله تَعَالَى


Ushallî sunnatal khusûf rak‘ataini imâman/makmûman lillâhi ta‘âlâ.


Artinya: Saya shalat sunnah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam/makmum karena Allah swt.


Secara teknis, shalat sunnah gerhana bulan adalah sebagai berikut: 


1. Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram. 


2. Mengucap takbir ketika takbiratul ihram sambil niat di dalam hati. 


3. Baca taawudz dan Surat Al-Fatihah. Setelah itu baca Surat Al-Baqarah yang dibaca secara lantang.


4. Rukuk dengan membaca tasbih selama membaca 100 ayat Surat Al-Baqarah.


5. I’tidal, namun bukan membaca doa i’tidal, tetapi baca Surat Al-Fatihah. Setelah itu baca Surat Ali Imran atau selama surat itu. 


6. Rukuk dengan membaca tasbih selama membaca 80 ayat Surat Al-Baqarah. 


7. Itidal. Baca doa i’tidal. 


8. Sujud dengan membaca tasbih selama rukuk pertama. 


9. Duduk di antara dua sujud


10. Sujud kedua dengan membaca tasbih selama rukuk kedua. 


11. Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua. 


12. Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama. Hanya saja bedanya, pada rakaat kedua pada berdiri pertama dianjurkan membaca surat An-Nisa. Sedangkan pada berdiri kedua dianjurkan membaca Surat Al-Maidah. 


13. Salam. 


14. Imam atau orang yang diberi wewenang menyampaikan dua khutbah shalat gerhana dengan tausiah agar jamaah beristighfar, semakin takwa kepada Allah, tobat, sedekah, memerdekakan budak (pembelaan terhadap kelompok masyarakat marjinal), dan lain sebagainya. 


Pertanyaannya, apakah boleh dibuat dalam versi ringkas? Dalam artian seseorang membaca Surat Al-Fatihah saja sebanyak empat kali pada dua rakaat tersebut tanpa surat panjang seperti yang dianjurkan? Atau bolehkah mengganti surat panjang itu dengan surat pendek setiap kali selesai membaca Surat Al-Fatihah?


Boleh saja. Ini lebih ringkas seperti keterangan Syekh Ibnu Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi dalam I’anatut Thalibin berikut ini.   


ولو اقتصر على الفاتحة في كل قيام أجزأه، ولو اقتصر على سور قصار فلا بأس. ومقصود التطويل دوام الصلاة إلى الانجلاء 


Artinya: Kalau seseorang membatasi diri pada bacaan Surat Al-Fatihah saja, maka itu sudah memadai. Tetapi kalau seseorang membatasi diri pada bacaan surat-surat pendek setelah baca Surat Al-Fatihah, maka itu tidak masalah. Tujuan mencari bacaan panjang adalah mempertahankan shalat dalam kondisi gerhana hingga durasi gerhana bulan selesai (Syekh Ibnu Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I’anatut Thalibin, Beirut, Darul Fikr, 2005 M/1425-1426 H, juz I, halaman 303). 


Selagi gerhana bulan berlangsung, maka kesunnahan shalat dua rakaat gerhana tetap berlaku. Sedangkan dua khutbah shalat gerhana bulan boleh tetap berlangsung atau boleh dimulai meski gerhana bulan sudah usai. 


Itulah tata cara melaksanakan shalat sunnah gerhana bulan yang dapat dilaksanakan pada saat gerhana berlangsung. Semoga kita mendapat kemudahan dalam melaksanakan ibadah wajib maupun sunnah.
 


Syiar Terbaru