NU Online

Humanitarian Islam, Ketum PBNU: Pengalaman Indonesia Mengelola Keragaman Layak Dibagikan pada Internasional

Selasa, 5 November 2024 | 14:47 WIB

Humanitarian Islam, Ketum PBNU: Pengalaman Indonesia Mengelola Keragaman Layak Dibagikan pada Internasional

Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf saat memberikan sambutan pembukaan International Conference on Humanitarian Islam atau Muktamar al-Dawli al-Islam Lil Insaniyah pada Selasa (5/11/2024) di Balairung Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online Lampung 

Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan bahwa pengalaman Indonesia dalam mengelola keragaman layak dibagikan kepada komunitas internasional. 

 

Hal tersebut disampaikan dalam sambutan pembukaan International Conference on Humanitarian Islam atau Muktamar al-Dawli al-Islam Lil Insaniyah pada Selasa (5/11/2024) di Balairung Universitas Indonesia, Depok.

 

Konsep Humanitarian Islam merupakan pengembangan dari pengalaman Indonesia dalam mengelola keragaman. 

 

"Humanitarian Islam merupakan wacana yang menemukan alurnya dari pengalaman Indonesia dalam menemukan jalan keluar dari berbagai perbedaan," tegasnya

 

Acara yang dibuka oleh Menteri Agama Prof KH Nasarudin Umar mewakili Presiden Prabowo Subianto, menghadirkan cendekiawan dan agamawan dari berbagai negara. Konferensi ini merupakan hasil kerja sama PBNU, Universitas Indonesia (UI), dan Centre for Shared Civilizational Values (CSCV).

 

Gus Yahya menjelaskan bahwa wacana Humanitarian Islam pertama kali diperkenalkan pada 2017 di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.

 

"Sejak itu, kami terus melakukan upaya sosialisasi kepada berbagai kalangan di komunitas agama, lingkaran pembuat kebijakan, dan akademisi di seluruh dunia," ungkapnya.

 

Kiai asal Rembang ini menekankan bahwa Humanitarian Islam bukan konsep baru dalam ajaran Islam. 

 

"Ini adalah pesan ilahi yang inheren dalam ajaran Rasulullah Muhammad saw, sebagaimana firman Allah, wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil 'aalamiin," jelasnya.

 

Sementara itu, Rektor Universitas Indonesia, Prof Ari Kuncoro menyampaikan, filsafat antarbudaya yang berkembang di Indonesia dapat menjadi contoh bagi banyak negara dalam menampilkan Islam sebagai agama yang  bisa menjadi solusi konflik di ranah global. 

 

"Dengan filsafat antarbudaya, Indonesia dapat menunjukkan kepada dunia bahwa Islam bukanlah ancaman melainkan solusi bagi perdamaian dunia," ujar Rektor UI yang biasa disapa Prof Ari.

 

Baca selengkapnya di sini.