
Kata “sabar” sangat sering kita dengar dalam pergaulan sehari-hari. Kata sabar itu sepertinya berlaku dimana-mana, baik dalam kontek serius, tidak serius, acara resmi, tidak resmi, dimanapun, kapanpun, kata sabar sering terucap dan diucapkan oleh siapa saja. Kata sabar seperti sudah menjadi bahasa sehari-hari, yang maknanya bisa diterjemahkan menjadi bermacam-macam, tergantung situasi.
Kata sabar kerap diucapkan pada orang yang sedang marah. Ketika melerai perkelahian, misalnya, beberapa orang yang menyaksikan, akan mengucapkan kata sabar pada kedua belah pihak yang tengah bertikai. “ Sabar, sabar… tahan emosi bro.” Kata sabar juga sering diucapkan pada seseorang yang ingin mengajak buru-buru. “Sabar ya, ini lagi di jalan.” Atau pada antrean yang memanjang, petugas kerap mengucap,” sabar, antre ya bapak ibu, semua pasti kebagian.”
Kata sabar dalam makna yang lebih dalam, diucapkan ketika seseorang yang sedang tertimpa musibah atau mendapat cobaan. Pada konteks ini, kadang kala pengucapan kata sabar cenderung kontraproduktif. Saking banyak yang mengucapkan kata “sabar”, sehingga terkesan kata itu adalah sesuatu yang klise atau basa-basi. Kadang yang dinasehatin justru kesal karena terlalu banyak saudara, teman, kenalan, yang mengucap kata sabar, seolah dirinya bukan orang yang sabaran.
Kisah yang pernah kualami, ketika anak bujangku, Alvin Rafa, yang baru berusia dua bulan 10 hari meninggal, banyak sekali saudara maupun teman yang menyarankan agar aku bersabar. Kata sabar bahkan sudah kudengar ketika masih berada di ruang ICU, beberapa saat setelah Alvin melepas nyawa. Mulanya aku menduga kata sabar itu diucapkan teman agar aku tidak menangis meraung-raung, ataupun mengamuk pada petugas rumah sakit.
Ucapan kata sabar itu semakin hari semakin deras. Diucapkan oleh teman dan keluarga baik secara langsung, telepon seluler, ataupun sosial media. Aku sempat jengkel dengan para pengucap kata sabar, yang seolah-olah menuding aku ini orang yang “grasa-grusu”. Maklum, hatiku sedang berkabut ketika itu, kehilangan anak bujang yang kuklaim sebagai pelengkap kebahagiaanku.
Hatiku balik menuding pengucap kata sabar adalah orang-orang yang tidak kreatif. Bukankah kata sabar itu sudah umum dan amat singkat. ”Mungkin mereka malas bicara, jadi bisanya mengucap kata yang singkat dan sudah umum pula,” kataku membatin.
Karena terlalu sering mendengar kata “sabar”, iseng-iseng aku mencari pengertian kata sabar yang sudah menjadi bahasa sehari-hari itu. Ternyata maknanya luar biasa. Sabar berarti ikhlas dan berserah diri sepenuhnya pada ketentuan Allah swt. Sabar bisa pula diartikan menahan diri dari sikap berputus asa, meredam amarah jiwa, mencegah lisan untuk mengeluh, serta menahan anggota badan untuk tidak berbuat kemungkaran.
Dari referensi yang kubaca, kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Sabar memiliki kaitan yang tidak dapat dipisahkan dari keimanan. Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Karena itulah sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran adalah sebagian dari iman.
Aku jadi ingat, selama ini kerap mendengar Firman Allah yang menyatakan,” Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Al Baqarah ayat 153)”. Oh, luar biasa sekali makna sabar itu, bagi orang-orang yang berpikir. Kata “sabar” ternyata lebih dari 100 kali disebut dalam Al Qur’an, karena sabar disebutkan sebagai poros sekaligus inti dan asas segala macam kemuliaan akhlak.
Ada satu lagi hadits yang sangat berkesan dan berkaitan dengan kesabaran ini, yaitu: “Sesungguhnya besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya ujian. Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan menguji mereka (HR Tirmidzi).
Sabar bukan berarti kita tidak boleh menangis bila sedang tertimpa musibah. Menangis dalam taraf yang wajar, justru sangat baik sekali agar jiwa terasa lega. Menangis yang dimaksud tentunya bukan meratap, meraung, apalagi memaki-maki Tuhan yang telah memberikan takdir.
Begitulah. Betapa dalamnya makna kata sabar, yang sudah menjadi bahasa sehari-hari itu. Kata sabar sangat ringkas dan ringan diucapkan, tapi berat untuk dipraktekkan. Alangkan damainya jiwa setiap manusia bila mampu memahami dan menjalankan makna sabar yang dikehendaki tuhan. Dan alangkan baiknya pula, bila si pengucap kata sabar, memahami arti kata yang diucapkannya.
(Ila Fadilasari)