Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya

Warta

FGDNU Lampung Gelar Diskusi Tolak Radikalisme Sejak Dini

FGDNU Tolak Radikalisme Sejak Dini (Foto: Istimewa)

Bandar Lampung, NU Online Lampung

Focus Group Discussion Nahdlatul Ulama (FGDNU) Lampung menyelenggarakan diskusi dalam jaringan (daring) mengenai radikalisme, Kamis (1/9/2022) malam. Kegiatan ini diberi nama Ngobrol Bareng Pecinta Kopi Hitam (Ngopi Pahit).


Narasumber dalam kegiatan ini adalah pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Centre Ken Setiawan, Duta Damai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Regional Lampung Hery Miftah, dan moderator Nur Kholis asal Lampung Utara. 


Baca Juga:
PWNU Lampung Dukung Polri Tegakkan Hukum dan Berantas Kejahatan


Pendiri NII Crisis Centre, Ken Setiawan mengatakan, sebelum mengatakan orang lain radikal atau intoleran, seyogyanya dirinya sudah anti radikal atau toleransi terlebih dahulu dalam diri masing-masing. 


“Bagaimana kita bisa dikatakan moderat sementara kita masih fanatik terhadap pamahaman kita sendiri atau merasa paling benar atas keislaman kita. Kita mudah menuduh orang lain radikal hanya karena menggunakan pakaian yang berbeda dengan kita,” ujarnya dalam diskusi via google meet tersebut. 


Lebih lanjut ia mengatakan tentu sikap demikian juga belum mencerminkan sikap toleransi, semacam itu disebut juga sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG).


“Seseorang dikatakan memiliki paham radikalisme, ketika orang tersebut bertentangan dengan 4 pilar kebangsaan yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Undang-undang Dasar (UUD 1945),” ungkapnya.


Baca Juga:
Kapolda Sowan ke PWNU Lampung, Minta Petuah Ulama


Menurutnya dewasa ini didasari atau tidak, virus radikalisme telah masuk di tengah tengah kehidupan masyarakat, misalnya film Nussa dan Rara, itu adalah produk Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Kemudian tren arabisasi maksudnya adalah segala sesuatu baik ucapan maupun penampilan semua merujuk kepada tradisi negara Arab. 


“Padahal bangsa Indonesia memiliki khas dan karakter tersendiri yang patut kita jaga. Hal semacam itu, seperti virus yang sedikit demi sedikit namun lama-lama terasa bahayanya,” paparnya. 


Ia juga mengajak agar kegiatan seperti ini bisa aktif berjalan tidak mesti menunggu dana atau anggaran. Bisa memanfaatkan link atau jaringan yang ada sebagai pembicara, dapat juga roadshow ke beberapa sekolah atau pesantren. 


Sementara Duta Damai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Regional Lampung, Hery Miftah menyampaikan, peserta didik di level baik Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA) mengalami degradasi atau lemah nasionalisme tingkat akut. 


“Dalam perjalanan survei saya, di beberapa sekolah tidak sedikit siswa yang bingung ketika ditanya pancasila, bahkan jumlah agama di Indonesia mereka tidak hafal,” ujarnya.


Menurutnya seorang siswa yang tidak hafal agama di Indonesia ini bahaya, karena menjadi celah untuk intoleran tumbuh dalam dirinya. Agama yang dianut saudara se-Negara saja tidak dikenali. 


Intoleransi inilah ciri dari paham radikalisme, yang endingnya sangat membahayakan menjadi radikalisme, ekstremisme, kekerasan, dan terorisme. 


“Saya mengajak agar kader Nahdliyin untuk terus bergerak, berbuat, dan beraksi. Indonesia adalah rumah kita dan harus kita jaga kita lestarikan sampai kapanpun,” ungkapnya.


Admin FGDNU, S Win Andi mengatakan, kegiatan diskusi via daring ini dilakukan tim FGDNU Lampung dua kali dalam sebulan. “Kegiatan ini sudah berjalan lebih kurang dua bulan kita lakukan, setiap malam jumat ba’da isya sekitar pukul 21.00 sampai selesai,” katanya. (Rifai Aly)
 

M. Rifai Aly
Editor: Dian Ramadhan