Warta

5 Beda Orang NU dan yang Hanya Ikut NU menurut Gus Yahya

Senin, 3 Maret 2025 | 14:23 WIB

5 Beda Orang NU dan yang Hanya Ikut NU menurut Gus Yahya

Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf saat menghadiri acara Haflah Akhirussanah ke-124 Pondok Pesantren Al Fatah Banjarnegara, Jawa Tengah. (Foto: Istimewa)

Banjarnegara, NU Online Lampung

Hasil survei terbaru pada tahun 2024 menunjukkan bahwa lebih dari 150 juta orang telah tergabung dalam Nahdlatul Ulama (NU). Jumlah yang besar ini menjadi tantangan bagi organisasi untuk memastikan bahwa para anggotanya tidak hanya sekadar ikut NU, tetapi benar-benar menjadi bagian dari NU dengan memahami dan mengamalkan ajaran-ajarannya.

 

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengatakan, ada perbedaan mendasar antara sekadar ikut NU dan menjadi orang NU sejati. Mereka yang hanya ikut NU cenderung terdaftar dalam organisasi tanpa memahami nilai-nilai yang dianut. 

 

“Kami ingin memastikan bahwa lebih dari 150 juta orang yang telah tergabung dalam NU dapat memahami dan mengamalkan ajaran NU secara utuh, bukan hanya sebagai identitas, tetapi juga sebagai pedoman hidup,” ujar Gus Yahya dalam acara Haflah Akhirussanah ke-124 Pondok Pesantren Al Fatah Banjarnegara, Jawa Tengah pada Ahad (23/2/2025) malam.

 

Gus Yahya menjelaskan bahwa menjadi orang NU setidaknya memiliki lima sifat utama. Pertama, orang NU adalah mereka yang menjalankan agama dengan benar. 

 

Ia menegaskan bahwa orang NU tidak hanya sekadar mengaku NU, tetapi harus menjalankan ajaran agama secara konsisten. “Ya shalat, ya shalat. Ya puasa, ya puasa. Zakat dibayar, kalau mampu ya haji,” ujarnya. 

 

Kedua, lanjutnya, orang NU menjalankan agama dengan ilmu. Gus Yahya mengatakan bahwa penting belajar agar ibadah yang dilakukan sesuai tuntunan syariat.

 

Ketiga, orang NU belajar agama dari guru yang memiliki sanad keilmuan. Ilmu agama yang dipelajari harus bersambung hingga Rasulullah saw melalui para ulama. 

 

Ia menambahkan bahwa tradisi keilmuan NU selalu menekankan pentingnya memiliki guru yang jelas. “Kalau belajarnya cuma dengan cara browsing Google, nah itu belum NU,” tegasnya. 

 

Keempat, orang NU harus mau membantu NU dalam berbagai bentuk. Bantuan tidak selalu berupa materi, tetapi bisa dengan ikut serta dalam kegiatan NU, membantu madrasah atau pondok pesantren, serta mendoakan NU. 

 

Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian terhadap organisasi dan perjuangan NU merupakan bagian dari identitas orang NU sejati. “Paling tidak hadiah Fatihah untuk NU, Al-Fatihah,” ujarnya. 

 

Kelima, orang NU adalah mereka yang setia kepada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ia menegaskan bahwa jika ada orang yang mengajak mendirikan negara baru di luar NKRI, maka orang tersebut bukan bagian dari NU. 

 

Menurutnya, kesetiaan terhadap negara dan Pancasila menjadi prinsip utama yang tidak bisa ditawar. “Kalau ada orang ngajak bikin negara selain NKRI, berarti bukan orang NU,” tegasnya. 

 

Dengan lima prinsip ini, Gus Yahya mengingatkan bahwa menjadi orang NU bukan hanya soal identitas, tetapi harus dibuktikan dengan tindakan nyata dalam beragama, belajar, berjuang, dan setia kepada NKRI.