Menepis Mitos Kesialan Bulan Safar, dan Amalan yang Dapat Dilakukan
Sabtu, 10 Agustus 2024 | 10:11 WIB
Bulan Safar yang merupakan bulan kedua pada kalender tahun hijriah ini sejak zaman dahulu sering dikaitkan dengan kesialan. Dahulu, pada zaman jahiliyah, masyarakat Arab hidup dalam berbagai bentuk kepercayaan, khurafat, dan praktik-praktik yang tidak memiliki dasar kuat atau ilmiah.
Ketika Islam datang, salah satu tujuannya adalah untuk membersihkan masyarakat dari kebatilan dan membimbing menuju kebenaran. Namun kepercayaan akan adanya kesialan pada bulan Safar itu masih terus berlanjut sampai saat ini.
Bulan yang tidak memiliki kehendak ini diyakini oleh sebagian orang mengandung keburukan-keburukan, sehingga ada ketakutan untuk melakukan hal-hal tertentu.
Tidak ada ajaran Islam yang menyatakan bulan Safar menyebabkan berbagai kesialan atau malapetaka. Islam menekankan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, baik kesialan maupun keberuntungan adalah hasil dari kerja manusia dan kehendak Allah.swt.
Nabi Muhammad saw dalam sebuah hadits sudah menjelaskan bahwa bulan Safar bukan bulan sial. Dalam hadits riwayat Imam Bukhari, Nabi bersabda:
لا عَدْوَى ولا طِيَرَةَ ولا هَامةَ ولا صَفَرَ وفِرَّ من المَجْذُومِ كما تَفِرُّ من الأَسَد
Artinya: Tidak ada penyakit menular, tidak ada ramalan buruk, tidak ada kesialan karena burung hammah, tidak ada sial bulan Safar, dan larilah kamu dari penyakit kusta seperti kamu lari dari singa (HR Bukhari).
Islam tidak mengenal hari, bulan, atau tahun sial. Sebagaimana seluruh keberadaan di alam raya ini, waktu adalah makhluk Allah. Waktu tidak bisa berdiri sendiri. Ia berada dalam kekuasaan dan kendali penuh Rabb-nya. Setiap umat Islam wajib berkeyakinan bahwa pengaruh baik maupun buruk tidak ada tanpa seizin Allah.
Ibnu Katsir ketika menafsirkan Surat at-Taubah ayat 36 yang membahas tentang bilangan bulan dalam satu tahun, menjelaskan nama Safar (shafar) terkait dengan aktivitas masyarakat Arab terdahulu. Safar berarti kosong, dinamakan demikian karena pada bulan tersebut masyarakat berbondong-bondong keluar mengosongkan daerahnya, baik untuk berperang ataupun menjadi musafir.
Rasulullah saw menampik anggapan negatif atau kesialan yang dipercayai masyarakat jahiliah tentang bulan Safar dengan sejumlah praktik positif. Di antaranya pernikahan beliau dengan Sayyidah Khadijah, menikahkan putrinya Sayyidah Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib, hingga mulai berhijrah dari Makkah ke Madinah.
Rasulullah membantah keyakinan masyarakat jahiliah bukan hanya dengan argumentasi atau pernyataan, tapi juga membuktikan dengan melakukan sesuatu, yang terbukti tidak adanya kesialan. Dengan melaksanakan hal-hal sakral dan penting di bulan Safar, Nabi seolah berpesan bulan Safar tidak berbeda dari bulan-bulan lainnya.
Amalan Sunnah di Bulan Safar
Sebagaimana bulan-bulan lainnya dalam Islam, bulan Safar juga memiliki amalan-amalan sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan oleh umat Muslim. Berikut beberapa amalan sunnah yang dianjurkan di bulan Safar, dilansir dari NU Online.
Pertama, meningkatkan kebaikan dan kepedulian sosial. Bulan Safar dapat dijadikan momentum untuk meningkatkan amal kebajikan dan kepedulian sosial. Berbuat baik kepada sesama, bersedekah, dan memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan adalah amalan-amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Ini adalah cara untuk meningkatkan hubungan sosial dan memperbaiki kondisi masyarakat.
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى مِنْبَرِهِ يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى رَبِّكُمْ قَبْلَ أَنْ تَمُوتُوا وَبَادِرُوا إِلَيْهِ بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ وَصِلُوا الَّذِي بَيْنَهُ وَبَيْنكُمْ بِكَثْرَةِ ذِكْرِكُمْ وَبِكَثْرَةِ الصَّدَقَةِ فِي السِّرِّ، وَالْعَلَانِيَّةِ، تُؤْجَرُوا، وَتُنْصَرُوا، وَتُرْزَقُوا
Artinya: Dari Jabir bin Abdillah berkata, Rasulullah bersabda saat beliau berada di atas mimbarnya, “Wahai manusia bertobatlah kalian kepada Tuhan kalian sebelum kalian mati. Bersegeralah kembali kepada-Nya dengan amal-amal saleh, sambunglah hubungan antara Tuhan dan kalian dengan memperbanyak dzikir dan sedekah di saat sunyi dan ramai, maka kalian diganjar, ditolong dan diberi rizki.”
Kedua, puasa di ayyamul bidh. Pada 15 Safar, dianjurkan melaksanakan puasa ayyamul bidh yakni puasa tiga hari pada pertengahan bulan. Ada berbagai hadits yang menggarisbawahi keutamaan dari berpuasa pada hari-hari tersebut. Hadits-hadits tersebut mengatakan Rasulullah Muhammad saw sendiri sering berpuasa pada Ayyamul Bidh, dan berpuasa pada hari-hari ini dianggap memiliki nilai pahala yang besar.
يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
Artinya: Hai Abu Dzar, jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriah).
Selain itu ada hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Nabi bersabda:
أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ
Artinya: Kekasihku (Rasulullah saw) mewasiatkan padaku tiga nasihat yang aku tidak pernah meninggalkannya hingga aku mati, yaitu berpuasa tiga hari setiap bulan, mengerjakan shalat dhuha, dan mengerjakan shalat witir sebelum tidur.
Ketiga, memperbanyak membaca doa. Bulan Safar adalah bulan yang dianjurkan untuk memperbanyak amalan dan ibadah, salah satunya adalah memperbanyak doa. Ada beberapa alasan mengapa doa di bulan Safar lebih mustajab. Pasalnya, bulan Safar adalah bulan yang dimuliakan oleh Allah. Rasulullah saw bersabda yang artinya: Sesungguhnya Allah memiliki bulan yang mulia, yaitu bulan Safar. Dia lebih memuliakan bulan ini daripada bulan-bulan lainnya (HR Ibnu Hibban).
Doa yang bisa dibaca di bulan Safar, agar terhindar dari marabahaya adalah:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ اِكْفِنِيْ مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ يَا مَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا أَنْتَ اِرْحَمْنِيْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اللهم بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ وَأُمِّهِ وَبَنِيْهِ اِكْفِنِيْ شَرَّ هَذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَصَلىَّ اللهُ تَعَالىَ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ الِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Artinya: Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Semoga shalawat dan salam Allah senantiasa tercurah pada junjungan kami, Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya. Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memiliki Kekuatan dan Keupayaan. Ya Tuhan Yang Maha Mulia dan karena kemuliaan-Mu itu, menjadi hinalah semua makhluk ciptaan-Mu, peliharalah aku dari kejahatan makhluk-Mu. Ya Tuhan Yang Maha Baik. Yang Memberi Keindahan, Keutamaan, Kenikmatan dan Kemuliaan. Ya Allah, Tiada Tuhan kecuali hanya Engkau. Kasihanilah aku dengan Rahmat-Mu, wahai Zat yang Maha Penyayang.
Ya Allah, dengan rahasia kemuliaan Sayyidina Hasan dan saudaranya, serta kakeknya dan ayahnya, ibunya dan keturunannya, jauhkan aku dari kejahatan hari ini dan kejahatan yang akan turun padanya. Wahai Zat Yang Maha Mencukupi harapan dan Menolak bala’, cukuplah Allah Yang Maha Memelihara lagi Maha Mengetahui untuk memelihara segalanya. Cukuplah Allah tempat kami bersandar, tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Dan semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada Nabi Muhammad saw. beserta keluarganya dan para sahabatnya.
Demikianlah penjelasan tentang mitos kesialan di bulan Safar, dan amalan yang dapat kita lakukan pada bulan ini. Semoga kita dapat menjadi hamba Allah yang bijak, serta terus dapat meningkatkan kesalehan ritual dan kesalehan sosial.