Syiar

Hikmah dan Keutamaan Berpuasa di Bulan Ramadhan

Ahad, 4 Juni 2017 | 14:38 WIB

Hikmah dan Keutamaan Berpuasa di Bulan Ramadhan Oleh: Nindia Puspitasari (Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)   يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ “Hai sekalian orang-orang yang beriman! Diwajibkanlah puasa atas engkau sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum engkau, supaya engkau menjadi orang yang bertaqwa”. (Surat Al-Baqarah ayat 183) Berpuasa merupakan ibadah yang dilaksanakan dengan jalan meninggalkan segala yang menyebabkan batalnya puasa (seperti makan, minum, berhubungan badan disiang hari dan sebagainya) sejak terbit fajar kedua (shadiq) hingga terbenamnya matahari, dengan disertai niat ibadah kepada Allah, karena mengharap ridho-Nya dan menyiapkan diri guna meningkatkan ketaqwaan kepada-Nya. Puasa ramadhan merupakan salah satu  rukun Islam yang agung, sebagaimana sabda Nabi, “Islam itu didirikan di atas lima hal ; bersaksi tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, puasa ramadhan dan berhaji ke Baitullah”. (Mutafaq’alaih). Puasa di dalam Islam memiliki sasaran dua dimensi ; membina hubungan dengan Allah SWT (hablun minallah) dan menjalin hubungan baik dengan sesama manusia (hablun minal nas). Sekilas, berpuasa seolah menyiksa diri. Dalam pandangan sebagian orang, puasa dianggap mengganggu etos kerja dan kurang manusiawi. Padahal jika diamati, puasa memiliki hikmah dan keutamaan yang tak terhingga. Utamanya dalam mendidik kejernihan hati yang selalu terkait dengan kehadiran dan pengawasan Allah SWT terhadap segala tindak-tanduk manusia. Secara garis besar, hikmah dan keutamaan berpuasa dibulan ramadhan juga meliputi beberapa hal diantarnya : Pertama, sebagai upaya seorang muslim guna mendekatkan diri pada pengawasan Allah SWT (muraqabatullah). Saat berpuasa, seorang muslim menghabiskan sebagian waktu siangnya dalam keadaan lapar. Meskipun dirinya menginginkan makan dan minum, kesadaran keimananya menolak untuk melakukannya demi memenuhi kehendak tulusnya terhadap perintah Allah SWT. Ketulusan inilah yang kemudian melahirkan kesadaran bahwasanya segala perbuatan dirinya senantiasa dilihat dan diawasi oleh Allah SWT. Pengawasan ilahiyah hadir pada seorang yang berpuasa meski tanpa pengawasan dari seorang pun manusia. Kedua, mengajarkan pengorbanan luhur. Selama bulan ramadhan, seorang muslim dituntut meninggalkan makan, minum dan berhubungan badan yang merupakan hak resmi bagi seluruh manusia demi memenuhi segala titah-Nya. Demi menggapai kecintaan pada Allah SWT, perlu pengorbanan berarti dari setiap hamba-Nya. Pengorbanan ini guna mengingatkan bahwa semua kenikmatan yang kita rasakan berasal dari Allah SWT. Dialah yang paling berhak untuk meminta, memberi, dan mencabut semua kenikmatan itu kapan saja Dia kehendaki. Kemampuan mengenal dan mengakui segala nikmat Allah mulai dari nikmat makan, minum dan kesehatan. Manusia dapat merasakan besarnya semua nikmat tersebut justru disaat kehilangan semuanya. Tidak haya sampai pada pengorbanan saja. Pada bulan ramadhan ini pula dianjurkan untuk mensucikan jiwa dan pikiran dengan berbagai ibadah dan dzikir mengingat Allah Swt. Ketika seseorang mampu meningkatkan godaan dari nafsunya, ia dengan mudah menggapai keridhaan-Nya. Ia akan lebih mencintai Allah Swt dari pada dirinya sendiri. Ia sadar, terlalu mencintai diri sendiri, seperti halnya iblis, termasuk benih yang tidak menguntungkan bagi dirinya untuk menghambakan diri secara total kepada Allah Swt. Ketiga, untuk melembutkan hati dan emosi. Seseorang yang perutnya selalu kenyang, memiliki kecendrungan sifat dan emosi yang keras dan kasar. Dengan lapar, membuat dirinya lemas dan menyadari kelemahannya pada titik yang utama. Hati yang keras dan kasar, tentu saja bertentangan dengan keharusan seorang muslim. Disyaratkannya dengan berpuasa menjadi wahana bagi seorang muslim untuk membersihkan jiwa dan menghaluskan perasaannya. Keempat, untuk menumbuhkan empati sosial. Perinsip terpenting tegaknya masyarakat Islam adalah saling mengasihi dan menyayangi sesama umat Islam. Sangat sulit bagi seseorang mengasihi orang yang miskin tanpa merasakan sendiri pahitnya kelaparan dan penderitaan. Bulan ramadhan ini adalah sebaik-baiknya pengalaman bagaimana seseorang yang kaya bisa merasakan penderitaan orang yang fakir. Dengan demikian rasa kasih dan sayang akan tumbuh dengan sendirinya antara orang yang kaya dan miskin. Orang yang kaya merasakan penderitaan orang-orang miskin sehingga mengasihi mereka. Seseorang tidak akan merasakan perihnya luka dan rasa lapar kecuali dengan merasakannya sendiri. Kelima, puasa dapat mengokohkan kekuatan akal dari pada nafsu. Dengan akal, seseorang lebih cendrung berpikir jernih dari pada mendahulukan nafsu yang selamanya tidak memiliki akal sehat dan nurani kemanusiaan. Keenam, mengakui kelemahan diri yang tidak bisa hidup tanpa makan dan minum sehingga seseorang tidak bersikap angkuh dan sombong terhadap orang lain. Ketujuh, puasa dapat menjernihkan hati dan pikiran. Kosongnya perut dapat menjadikan seseorang lebih tabah menahan rasa sakit dan jernih dalam berpikir. Kedelapan, dengan berpuasa menjaga kesehatan dan stamina tubuh. Sebagaimana sabdanya Rasullulah “Perut itu gudangnya penyakit”. Semua penyakit rata-rata disebabkan oleh aneka makanan yang kita konsumsi. Membatasi makanan berarti mencegah munculnya ragam penyakit dalam tubuh. Adapun jika terdapat orang yang tidak sehat karena berpuasa, mungkin itu dikarenakan cara puasa yang tidak sesuai anjuran syariat maupun ilmu kesehatan. Hikmah dan keutamaan berpuasa dibulan ramadha ini merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kita, maka sudah sepantasnyalah kalau kita harus menyambut kedatangan bulan ramadhan ini dengan selalu bergembira, sehingga kegembiraan ini akan membuat kita bisa melaksanakan ibadah puasa ramadhan ini dengan ringan walau sebenarnya ibadah ramadhan ini berat. Kegembiraan kita terhadap datangnya bulan ramadhan harus kita tunjukkan dengan berupaya semaksimal mungkin memanfaatkan bulan ramadhan ini sebagai momentum untuk mentarbiyah (mendidik) diri, keluarga dan masyarakat kearah pengokohan atau pemantapan taqwa kepada Allah SWT, sesuatu yang memang sangat kita perlukan bagi upaya meraih keberkahan dari Allah Swt bagi bangsa kita yang hingga kini masih menghadapi berbagai persoalan besar. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing dan memberikan petunjuk kepada kita sekalian agar kita mampu memanfaatkan bulan ramadhan ini menjadi titik perubahan kearah kualitas muslim yang didambakan dan diridhoi Allah. Amiinn aminn ya robbal ‘alamin. (*)      


Terkait