Di dunia yang serba cepat seperti sekarang ini, ilmu menjadi sesuatu yang sangat dikejar. Gelar, sertifikat, dan prestasi akademik dianggap sebagai tolak ukur keberhasilan. Namun, sering kali kita lupa, ada sesuatu yang lebih penting dari sekadar ilmu, yaitu adab (akhlaqul karimah). Adab bukan hanya sekadar sopan santun, tapi mencakup sikap, karakter, dan akhlak mulia yang menjadi landasan seseorang dalam menjalani hidup. Adab adalah jalan untuk menjaga keberkahan ilmu yang kita miliki. Tanpa adab, ilmu bisa kehilangan maknanya.
Adab adalah cara kita bersikap terhadap guru, orang tua, teman, bahkan diri sendiri. Dalam Islam, adab menjadi prioritas utama sebelum seseorang mendalami ilmu. Hal ini tercermin dalam nasihat Imam Malik kepada murid-muridnya: "Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu".
Mengapa adab harus didahulukan? Karena ilmu tanpa adab dapat menimbulkan kesombongan, egoisme, atau bahkan kehancuran. Sebaliknya, ilmu yang dibangun di atas dasar adab akan membawa keberkahan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Adab dan ilmu memiliki hubungan yang erat dalam Islam, di mana adab menjadi fondasi yang mengarahkan bagaimana seseorang menggunakan dan mengamalkan ilmunya. Ketika adab diabaikan, ilmu kehilangan maknanya dan bahkan bisa menjadi sumber kerusakan. Rasulullah saw bersabda:
Baca Juga
Tiga Keutamaan dalam Mencari Ilmu
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا، وَيُوَقِّرْ كَبِيْرَنَا، ويَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ
Artinya: Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua, tidak menyayangi yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak orang berilmu
(HR Ahmad).
Hadits ini menekankan pentingnya sikap hormat kepada sesama, terutama kepada orang yang berilmu. Menghormati orang berilmu adalah bentuk adab yang membuka pintu keberkahan ilmu itu sendiri.
Adab juga menentukan cara seseorang menyerap ilmu. Dalam tradisi Islam, ilmu bukan hanya soal pengetahuan teoretis, tetapi juga berkaitan dengan keberkahan dalam proses pembelajarannya. Allah swt berfirman dalam Al-Qur'an:
وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّٰهُۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
Artinya: Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS Al-Baqarah: 282).
Baca Juga
Tiga Kunci Keberhasilan Menuntut Ilmu
Ayat ini mengajarkan bahwa ketakwaan yang tercermin dalam adab adalah syarat agar seseorang memperoleh ilmu dari Allah. Tanpa adab, ilmu yang diperoleh tidak akan bermanfaat atau menjadi sarana mendekatkan diri kepada-Nya.
Selain itu, adab menjadi pengontrol dalam pemanfaatan ilmu. Orang yang beradab akan menggunakan ilmunya untuk kebaikan, bukan untuk merugikan orang lain. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menekankan bahwa ilmu tanpa adab ibarat api yang tak terkendali, ia bisa menghancurkan, bukan membangun. Oleh karena itu, adab adalah pedoman yang menjaga ilmu agar tetap berada pada jalan yang benar, membawa manfaat, dan mendatangkan ridha Allah swt.
Rahasia Keberkahan Ilmu
Keberkahan ilmu tidak selalu diukur dari seberapa banyak ilmu yang kita miliki, tetapi dari seberapa besar ilmu itu memberi manfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Rasulullah saw bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Artinya: Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya (HR Ahmad).
Ilmu yang diberkahi akan mempermudah pemiliknya untuk berbuat kebaikan, menyelesaikan masalah dengan bijak, dan memberikan kontribusi positif kepada lingkungan sekitar. Keberkahan ini tidak hanya datang dari penguasaan materi, tetapi dari niat yang lurus, penghormatan terhadap guru, serta kesungguhan dalam mengamalkan ilmu untuk kemaslahatan bersama.
Keberkahan ilmu juga terkait dengan keikhlasan dalam mencarinya. Jika ilmu dicari untuk tujuan duniawi semata, seperti mendapatkan pujian, kekuasaan, atau keuntungan materi, maka ilmu itu kehilangan keberkahannya. Sebaliknya, ilmu yang dicari dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah akan membawa kebaikan yang meluas. Allah swt berfirman:
مَن كَانَ يُؤْمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱالأَاخِرِ ۚ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا
Artinya: Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka (QS At-Talaq: 2-3).
Takwa yang ditunjukkan melalui adab dan sikap baik adalah kunci keberkahan ilmu. Orang yang berilmu namun tetap rendah hati dan penuh adab akan lebih mudah menemukan jalan kebaikan dan keberkahan dalam hidupnya. Adab dan ilmu yang berjalan beriringan akan melahirkan kehidupan yang lebih bermakna, penuh manfaat, dan diridhai Allah swt. Ada beberapa cara agar ilmu kita diberkahi:
Pertama, Menghormati Guru
Guru adalah orang yang membuka pintu ilmu untuk kita. Menghormati mereka adalah kunci utama. Sebaliknya, sikap kasar atau tidak sopan kepada guru bisa menghilangkan keberkahan ilmu.
Kedua, Mengamalkan Ilmu
Ilmu yang hanya disimpan tanpa diamalkan ibarat pedang yang berkarat. Ketika ilmu diamalkan, ia menjadi lebih bermanfaat dan penuh berkah.
Ketiga, Rendah Hati
Orang yang berilmu seharusnya semakin sadar akan kebesaran Allah dan rendah hati kepada sesama. Kesombongan adalah tanda bahwa ilmu belum benar-benar masuk ke hati.
Sayangnya, banyak fenomena di sekitar kita menunjukkan bahwa adab sering kali dilupakan, seperti kurangnya rasa hormat kepada guru, kurang beradab ketika bermedia sosial dan pendidikan hanya fokus pada nilai akademik.
Padahal adab tidak datang secara instan, tetapi harus dipupuk sejak dini, seperti menghormati orang yang lebih tua, belajar bagaimana mendengarkan orang lain dan menjaga etika ketika sedang berbicara.
Mari kita introspeksi diri, sudahkah kita mendahulukan adab sebelum ilmu?. Jangan sampai kita menjadi orang yang pintar, tetapi tidak berakhlak. Sebagaimana pepatah mengatakan, "Ilmu itu tinggi nilainya, tetapi adablah yang menjaganya." Semoga kita menjadi generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga beradab.
Heni Verawati, M.A, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Raden Intan Lampung