Khutbah

Khutbah Jumat: Muharram sebagai Awal Kebangkitan Islam

Kamis, 3 Juli 2025 | 06:30 WIB

Khutbah Jumat: Muharram sebagai Awal Kebangkitan Islam

khutah jumat, muharram kebangkitan islam (Ilustrasi: NU Online)

Kita semua telah memasuki tahun baru Islam 1447 H. Pergantian tersebut ditandai dengan masuknya bulan Muharram sebagai awal tahun.

 

Pergantian tahun bukan sekadar perpindahan angka kalender hijriah, tapi perjalanan membangun peradaban Islam.

 

Khutbah I

 

   الْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ. أَحْمَدُهُ حَمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانَ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ   أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ أَوَّلاً بِتَقْوَى اللهِ تَعَالىَ وَطَاعَتِهِ بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلاَ تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

 

Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt, yang telah memberikan kita nikmat iman, nikmat Islam, dan nikmat sehat, baik jasmani maupun ruhani, sehingga kita bisa berkumpul di tempat yang mulia ini untuk menunaikan shalat Jumat yang agung.

 

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita, Nabi Muhammad saw, sang pembawa risalah kebenaran, yang dengan perjuangan dan pengorbanannya, Islam sampai kepada kita hari ini.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Hari ini kita telah memasuki bulan Muharram, bulan pertama dalam kalender Hijriah. Bulan ini bukan sekadar pergantian tahun, tetapi memiliki nilai spiritual dan sejarah yang sangat tinggi dalam Islam. Dalam sebuah hadits sahih, Rasulullah saw bersabda:

 

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعدَ الفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ. (رواه مسلم)

 

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam (HR Muslim).

 

Hadirin, Muharram juga disebut sebagai Syahrullah, bulan Allah. Ini menunjukkan kemuliaan dan keistimewaannya. Selain itu, Muharram juga menandai momen penting dalam sejarah kebangkitan Islam, yaitu peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw dari Makkah ke Madinah. Peristiwa ini bukan sekadar perpindahan geografis, tetapi menjadi tonggak perubahan besar dalam peradaban Islam.

 

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Peristiwa hijrah yang menjadi dasar penanggalan Islam merupakan simbol kebangkitan. Saat umat Islam ditekan dan ditindas di Makkah, hijrah menjadi jalan keluar menuju kebebasan beragama, pembangunan masyarakat Islam yang madani, dan awal mula berkembangnya kekuatan Islam secara politik, sosial, dan spiritual.

 

Muharram adalah pengingat bahwa kebangkitan Islam bukan sesuatu yang instan. Dibutuhkan kesabaran, pengorbanan, dan tekad yang kuat. Hijrah mengajarkan kita bahwa untuk bangkit dari keterpurukan, kita harus rela meninggalkan zona nyaman, bahkan jika harus meninggalkan kampung halaman, harta, dan keluarga.

 

Jamaah yang dirahmati Allah,

Kebangkitan Islam yang dimulai dari bulan Muharram adalah buah dari tiga kekuatan utama yang bisa kita teladani:

 

Pertama, kekuatan iman

Nabi dan para sahabat berani hijrah bukan karena harta atau kekuasaan, melainkan karena iman. Mereka lebih memilih hidup dalam pengasingan daripada hidup dalam kekufuran dan penindasan.

 

Iman itulah yang menjadi bahan bakar utama kebangkitan. Tanpa iman yang kokoh, umat Islam akan mudah goyah, mudah tergoda dunia, dan lupa arah perjuangan. Maka di awal tahun ini, mari kita evaluasi kembali kondisi iman kita. Sudahkah kita memprioritaskan Allah dalam kehidupan kita?

 

Kedua, kekuatan ukhuwah

Di Madinah, Nabi membangun ukhuwah antara Muhajirin dan Anshar. Persaudaraan ini tidak hanya sekadar sapaan dan senyuman, tetapi diwujudkan dalam bentuk berbagi rumah, harta, bahkan nyawa.

 

Inilah pelajaran besar, Islam hanya bisa bangkit jika umatnya bersatu. Perselisihan, perpecahan, dan fanatisme golongan hanya akan melemahkan kita. Muharram adalah momen untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah di tengah-tengah perbedaan, untuk membangun kekuatan umat yang bersatu menuju kejayaan.

 

Ketiga, kekuatan visi dan strategi

Hijrah adalah bentuk strategi yang cerdas. Nabi tidak hanya menunggu wahyu, tetapi juga merancang perjalanan hijrah dengan penuh perhitungan. Memilih waktu malam, menyembunyikan jejak, mencari tempat persembunyian di Gua Tsur, dan memilih Madinah sebagai basis perjuangan adalah bagian dari strategi kenabian.

 

Dari sini kita belajar bahwa kebangkitan Islam tidak cukup dengan semangat, tapi harus dengan visi dan strategi. Umat Islam harus berpikir ke depan, merancang masa depan, membangun generasi yang unggul, dan tidak hanya bereaksi terhadap kondisi.

 

Hadirin yang berbahagia,

Hijrah bukan hanya sejarah. Hijrah adalah spirit. Hijrah adalah transformasi. Maka, di bulan Muharram ini, marilah kita juga berhijrah secara pribadi, dari malas menjadi rajin, dari maksiat menuju taat, dari lalai menjadi sadar, dari hidup tanpa arah menuju hidup dengan misi Islam.

 

Inilah bentuk nyata kebangkitan Islam, ketika individu-individu Muslim bangkit memperbaiki diri, lalu bergerak bersama membangun umat yang kuat dan beradab.

 

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra'd ayat 11:

 

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗۚ وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ ۝١١

 

Artinya: Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia (QS Ar-Ra'd: 11).

 

Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Bulan Muharram adalah waktu yang sangat tepat untuk memulai perubahan dan memperkuat komitmen terhadap Islam. Awal tahun ini adalah kesempatan emas untuk memulai lembaran baru kehidupan kita dengan tekad dan semangat kebangkitan.

 

Jangan biarkan tahun ini berlalu seperti tahun-tahun sebelumnya. Jadikan tahun ini tahun perubahan. Jadikan Muharram sebagai tonggak awal kebangkitan diri, keluarga, masyarakat, dan umat.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ  

 

Khutbah II

 

   اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ   أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً   اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ   عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ  

 

Ustadz Yudi Prayoga, M.Ag, Sekretaris MWCNU Kedaton Bandar Lampung.