• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Warta

Qariah Disawer saat Membaca Al-Qur’an, Ketua PBNU: Kurang Etis!

Qariah Disawer saat Membaca Al-Qur’an, Ketua PBNU: Kurang Etis!
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof Mohammad Mukri. (Foto: Istimewa)
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof Mohammad Mukri. (Foto: Istimewa)

Bandarlampung, NU Online Lampung
Saat ini sedang viral di media sosial sebuah video yang menunjukkan seorang qariah yang sedang melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an disawer oleh beberapa penonton. Saweran berupa uang tersebut bukan diberikan dengan cara biasa namun sempat diselipkan dijilbab dan ditabur-taburkan.


Terkait fenomena ini Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof Mohammad Mukri menilai tindakan ini tidak etis. Pasalnya qariah sedang khusuk dan khidmah membaca ayat Al-Qur’an. “Mestinya dalam suasana tersebut, orang-orang mendengarkan dengan khusyuk dan meresapi maknanya. Bukan malah melakukan saweran dengan cara yang tidak baik,” ungkapnya kepada NU Online Lampung, Kamis (5/1/2023).


Oleh karenanya, ia mengimbau kepada masyarakat, khususnya umat Islam untuk dapat mengedepankan akhlakul karimah dalam melakukan sesuatu termasuk saat memberikan sesuatu kepada orang lain. Ia menilai bahwa sebenarnya orang yang melakukan saweran tersebut bisa jadi memiliki tujuan memberi hadiah. Namun ia menyayangkan cara yang dilakukannya tidak etis.


Jika ingin memberi apresiasi terkait merdu dan indahnya bacaan Al-Qur’an yang dilantunkan, Prof Mukri menyarankan agar dilakukan setelah pembacaan ayat Al-Qur’an rampung. Hal ini tentu tidak mengganggu khidmahnya acara sekaligus tidak memamerkan hadiah atau sedekah yang diberikan.


Dalam memberikan hadiah juga lanjutnya, harus benar-benar ikhlas tanpa ada niatan lain seperti ingin dilihat atau dipuji oleh orang lain.


Untuk tidak terulangnya kebiasaan seperti ini lagi, Pria yang juga Ketua Umum MUI Provinsi Lampung ini mengingatkan pihak panitia untuk mengantisipasi ataupun mengingatkan yang hadir untuk tidak melakukan hal tersebut.


Sementara Ketua Umum Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffazh Nahdlatul Ulama (PP JQHNU) KH Saifullah Ma’shum mengingatkan bahwa lantunan ayat suci Al-Qur’an bukanlah dilihat dari sisi entertain atau hiburannya. Melainkan perenungan atas kandungan ayat tersebutlah yang harus diperkuat.


Jika seseorang memang takjub atau kagum terhadap lantunan yang sedemikian indah atas ayat-ayat Al-Qur’an, menurutnya boleh diaktualisasikan dengan cara yang beradab dan menghormati pembaca dan Al-Qur’an itu sendiri.


“Bisa dengan membaca tasbih, takbir,” katanya dikutip dari laman NU Online.


Namun, hal itu juga tidak boleh dilakukan dengan mengganggu ketenangan pembaca dan kekhidmatan menyimaknya. “Jangan sampai mengurangi keelokan dan kesyahduan bacaan Al-Qur’an,” tegasnya.


Menurutnya, saweran sebagai apresiasi dan teriakan kalimat-kalimat sebagai bentuk ketakjuban itu memang ramai di kawasan Timur Tengah dan Asia Selatan. Namun demikian, Kiai Saifullah mengingatkan bahwa hal itu tidak positif dan tidak sesuai dengan budaya ketimuran. (Muhammad Faizin)


Editor:

Warta Terbaru