BANDARLAMPUNG – Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Provinsi Lampung terus aktif dalam meningkatkan perbaikan kualitas sumberdaya guru dan pelajar. Salah satunya adalah dengan memberangkan enam calon mahasiswa penerima beasiswa dari Institut Abdul Chalim Mojokerto dan satu mahasiswa ke Universitas Malahayati Lampung. Beasiswa yang diterima mencakup biaya pendidikan, dan seluruh tunjangan biaya hidup.
Acara pelepasan dilangsungkan di kantor Pengurus Wilayah Ma’arif NU Lampung, di Kelurahan Labuhandalam, Tanjungsenang, Kamis (29/9). Hadir dalam kesempatan itu Wakil Ketua PWNU Lampung Prof. Dr. Aom Karomani, Sekretaris Aryanto Munawar, dan pengurus lainnya. Juga hadir para orangtua/wali calon mahasiswa.
Ketua PW Pergunu Lampung, Jamaluddin Malik, mengatakan, pelepasan calon mahasiswa ini merupakan yang kali kedua, setelah tahun lalu juga mengirimkan enam mahasiswa. Bahkan, mahasiswa asal Lampung meraih prestasi dalam IPK tertinggi.
“Ini memang menjadi concern Pergunu untuk membentuk generasi Aswaja yang tangguh dan berwawasan luas. Pergunu juga telah melakuan berbagai kegiatan, diantaranya pelatihan bagi para guru dan terus membangun bersinergi dengan elemen masyarakat lainnya, khususnya yang bergerak di bidang pendidikan,” tuturnya.
Pihaknya juga mengembangkan model ma’had dalam mengelolaan asrama mahasiswa, yang saat ini tengah dirintis di beberapa kampus.
Jamaluddin mengatakan, Pergunu Lampung terus berupaya memberdayakan para guru-guru di lingkungan NU. Selain pelatihan-pelatihan, juga dengan pemberdayaan ekonomi kreatif dan pemberian bantuan serta beasiswa.
Sementara itu, Prof. Aom Karomani, mengungkapkan, para pencari ilmu atau penuntut ilmu adalah perjuangan.
“Ini jihad. Ini luar biasa. Dengan pendidikan manusia akan diangkat derajatnya. Pendidikan adalah salah satu cara memotong rantai kemiskinan struktural. Jadi kepada adik-adik kita doakan semoga sukses dan berhasil. Menjadi penerus NU,” ujar pria yang saat ini masih aktif menjabat sebagai Wakil Rektor Unila itu.
Dia menceritakan, kader-kader NU yang mencari ilmu di berbagai belahan benua Eropa dan Amerika seperti pengelana.
“Artinya mereka menuntut ilmu dalam waktu lama. Bertahun-tahun. Sehingga memiliki pengetahuan dan ilmu yang mendalam. Tidak mudah menyalahkan orang lain,” ucap Aom.
(Dwi Rohmadi)