Warta

PBNU Gelar Konbes Secara Virtual

Rabu, 23 September 2020 | 14:57 WIB

BANDAR LAMPUNG- Ditengah pandemic Covid-19 yang masih terus mewabah di negeri ini, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melaksanakan Konferensi Besar (Konbes) NU pada Rabu (23/9/2020). Agenda tersebut dilaksanakan secara virtual yang diikuti oleh seluruh jajaran PBNU, pengurus wilayah, lembaga dan badan otonom (Banom).

Dalam khutbah iftitahnya , Rois Aam PBNU, KH.Miftahul Akhyar, mengatakan meskipun dalam suasana pandemicl covid-19, namun roda organisasi harus tetap berjalan dan tidak boleh berhenti. Oleh karenanya pelaksanaan konbes NU tetap dilaksanakan, meskipun dilakukan secara virtual.

“Pelaksanaan Konbes kali ini berbeda karena dilakukan secara virtual, tapi organisasi harus tetap berjalan," katanya.

Pandemi yang sudah terjadi lebih dari enam bulan dan menjangkiti lebih dari 200 ribu warga Indonesia ini, menurut KH Miftahul Akhyar memiliki hikmah tersendiri yang harus diambil pelajaran untuk kita semua.

Kiai Miftah menguraikan berbagai hikmah mengenai adanya pandemi ini. Pertama, Allah mengingatkan tentang kekuasaan-Nya yang begitu luas. “Jangankan mengenai virus Corona, soal virus secara umum saja belum pasti diketahui secara merinci,” ujarnya.

Hal demikian, lanjutnya, menjadi bukti bahwa pengetahuan manusia sangat sedikit, tidak lebih dari satu tetes di tengah lautan pengetahuan dan kuasa-Nya.

Kedua, adanya pandemi memberikan kesempatan bagi manusia untuk muhasabah diri, bahwa kita adalah makhluk yang lemah. “Setinggi apapun pengetahuan ilmuwan, sekuat apapun usaha medis, setiap hari masih ada baru dan kasus kematian baru,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Miftahussunnah, Surabaya itu.

Selain itu, virus Covid-19 membuat kita sadar betapa kuatnya kita memberi manfaat pada orang lain, tapi sering kali tak sadar apa yang terjadi pada diri sendiri.

Ketiga, virus tersebut juga memberikan momen muhasabah level keimanan manusia kepada Allah. Bagaimana keberadaan musibah dan cobaan pengingat kita akan segera mati, di manapun kapanpun. Tapi yang menjadi masalah adalah mati dalam kondisi apa.

Keempat, pandemi juga menguji ego diri terhadap kesepakatan dan ketetapan para ulama. Sebab, beragam reaksi yang muncul ketika ulama mengemukakan fatwanya. Ada yang menyatakan tak sepantasnya orang beriman takut virus tersebut sehingga tetap mendatangi masjid. Ada juga yang melaknat dan memutus diri dari rahmat Allah, dan ada pula kalangan yang mulai hilang kepercayaannya terhadap ulama. (Sunarto)