Seringkali telinga kita ‘berdenging’. Dan banyak dari kita yang menafsirkan hal tersebut sendiri di dalam hati.
Pertanyaan : Apakah sebab musababnya telinga bersuara nging?. Karena musababnya ada yang mengatakan dengan tidak berpedoman, bertahayul dan sangkaan jelek terhadap hal itu keterangan yang jelas, agar mohon dapat mengetahui yang sebenarnya dan jelas.
Jawab :
Sesungguhya suara “nging” dalam telinga itu Rasulullah SAW menyebut orang yang telinganya bersuara, dalam perkumpulan yang tertinggi (mala’ al-a’laa) dan supaya ia ingat pada Rasulullah Saw. dan membaca shalawat.
Keterangan, dari kitab:
Al-Siraj al-Munir [1]
قَالَ r: إِذَا طَنَّتْ أُذُنُ أَحَدِكُمْ فَلْيَذْكُرْنِيْ وَلْيُصَلِّ عَلَيَّ وَلْيَقُلْ ذَكَرَ اللهُ مَنْ ذَكَرَنِيْ بِخَيْرٍ. قَالَ الْمُنَاوِيُّ فَإِنَّ اْلأُذُنَ إِنَّمَا تَطُنُّ لَمَّا وَرَدَ عَلَى الرُّوْحِ مِنَ الْخَبَرِ الْخَيْرِ وَهُوَ أَنَّ الْمُصْطَفَى r قَدْ ذَكَرَ ذَلِكَ اْلإِنْسَانُ بِخَيْرٍ فِي الْمَلاَءِ اْلأَعْلَى فِيْ عَالَمِ اْلأَرْوَاحِ.
Jika telinga salah seorang kalian berdengung, maka hendaknya ia mengingat aku (Rasulullah Saw.) dan membaca shalawat kepadaku serta mengucapkan:
ذَكَرَ اللهُ مَنْ ذَكَرَنِيْ بِخَيْرٍ Allah akan mengingat yang mengingatku dengan kebaikan.
Imam al-Munawi berkata, sesungguhnya telinga itu berdengung hanya ketika datang berita baik ke ruh, bahwa Rasasulullah Saw. telah menyebutkan orang (pemilik telinga yang berdengung) tersebut dengan kebaikan di al-Mala’ al-A’la (majlis tertinggi) di alam ruh.
[1] Ali al-Azizi, al-Siraj al-Munir, (Mesir, Musthafa al-Halabi, 1377 H/1957 M), Cet. Ke-3, Jilid I, h. 156.
Sumber: Ahkamul Fuqaha no. 183
KEPUTUSAN MUKTAMAR
NAHDLATUL ULAMA KE-11
Di Banjarmasin Pada Tanggal 19 Rabiul Awwal 1355 H. / 9 Juni 1936 M.