Warta

Ngaji Wagean, Ikhtiar Alumni Pondok Menjaga Silaturahmi Dengan Kiai

Ahad, 18 Juli 2021 | 19:48 WIB

KEBANGKITAN  Alumni Pondok Pesantren Miftahul Falah (Kamilah) mengadakan kegiatan mengaji bersama, atau biasa disebut dengan ngaji wagean. Ngaji wagean adalah kegiatan ngaji kitab kuning yang dilakukan para alumni sebagaimana dulu saat mengaji di pesantren.

Salah satu tujuan ngaji wagean ini untuk menjaga keistiqomahan alumni yang terus bertambah banyak, serta dalam menjaga silaturahmi santri dengan kiai.

Di tengah pesatnya kemajuan teknologi dan informasi saat ini, menjadi titik temu antara kegelisahan hati dan memberi jawaban atas problematika kehidupan yang dialami oleh alumni agar bermanfaat.

Kitab kuning yang dibaca ialah tanbighul mughtarin (peringatan bagi orang-orang lalai/lupa) yang dikaji oleh romo yai Muhtar Sya'hroni Maksum, pengasuh pondok pesantren Miftahul Falah, Lampung Timur.

Kitab itu banyak membahas tema-tema Tasawuf, yaitu cara membersihkan hati dan jalan mendekatkan diri mahluk kepada sang Maha pencipta untuk mencapai derajat Takwa.

Ngaji alumni yang dilakukan setiap hari Minggu wage ini sudah berjalan lebih kurang 3 tahun sejak 2017 lalu. Ngaji yang dilakukan setiap minggu wage (menurut penanggalan Jawa) ini biasanya dilaksanakan 35 hari sekali.

Dalam tradisi Jawa untuk menandai setiap sepekan ada lima istilah yg kerap digunakan, yaitu wage, legi, pon, kliwon dan pahing.

Seperti juga yang dilakukan Himpunan Santri Lirboyo (Himasal), sebutan untuk nama alumni santri pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur, ada rutinan ngaji setiap kamis legi.

Kamilah menyelenggarakan ngaji wagean merujuk pada hadits Nabi Muhammad SAW yang artinya  "tuntutlah ilmu sejak dari ayunan hingga ke liang lahat". Ini mengisyaratkan bahwa sampai kapanpun dan dimanapun kita harus terus belajar. Tidak ada kata terlambat bagi seseorang untuk menuntut ilmu.

Ngaji wagean yang selalu dilaksanakan di pondok pesantren Assya'roniyyah, Desa Sukosari, Kecamatan Mataram Baru, Lampung Timur. Kegiatan ngaji ini menggunakan metode khas pesantren nusantara yaitu metode bandongan, guru membaca teks kitab dan murid mengartikan teks yang dibaca.

Selain menambah ilmu, para alumni yang hadir biasanya tak kurang 40 orang dari berbagai daerah. Sebagai sarana untuk menjaga silaturahmi para alumni dengan sang kiai, lebih dari itu ngaji wagean ini menjadi ajang para alumni untuk bernostalgia saat masa masa di pesantren dulu, seperti makan bersama dengan nampan.

Makan bersama dilakukan pada sesi terakhir usai ngaji dan setelah solat zuhur berjamaah. Momen ngaji tersebut merupakan sarana  saling berbagi pengalaman dalam menjalani kehidupan masing-masing.

Tentu sangat berbeda kesan dan rasa manfaat ngaji wagean ini, yang dilakukan saat nyantri dulu dengan sekarang yang sudah berkeluarga dan menjadi alumni.

(Rifai Aly/ Santri Pondok Pesantren Miftahul Falah Angkatan 1995 -2009)