• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Rabu, 24 April 2024

Warta

Nahdlatul Ulama dan Hari Lahir Pancasila

Nahdlatul Ulama dan Hari Lahir Pancasila

HARI lahir pancasila selalu diperingati setiap tahunnya yaitu bertepatan pada tanggal 1 Juni. Hari ini lantunan Garuda Pancasila bersaut-sautan di mana-mana, baik di televisi, michophone ATCS (Area Traffic Control System) yang ada di sudut-sudut kota, dan sebagainya.

Nahdlatul Ulama dan Pancasila tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Karena merupakan satu-kesatuan yang kokoh dalam negeri ini.

Dalam Musyawarah Nasional Alim 'Ulama Nahdlatul Ulama di Sukorejo, Situbondo pada 16 Rabi'ul Awwal 1404 H / 21 Desember 1983, membahas Deklarasi Hubungan Pancasila dan Islam. Isinya adalah: pertama, Pancasila sebagai dasar dan falsafah Negara Republik Indonesia bukanlah agama, tidak dapat menggantikan agama dan tidak dapat dipergunakan untuk menggantikan agama. Kedua, sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar Negara Republik Indonesia menurut Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, yang menjiwai sila-sila lain, mencerminkan tauhid menurut pengertian keimanan dalam Islam.

Ketiga, bagi Nahdlatul Ulama, Islam adalah akidah dan syari'ah meliputi aspek hubungan manusia dengan Allah dan hubungan antarmanusia. Keempat, penerima dan pengamalan Pancasila merupakan perwujudan dari upaya umat Islam Indonesia untuk menjalankan syari'at agamanya.

Kelima, sebagai konsekuensi sikap di atas, Nahdlatul Ulama berkewajiban mengamankan pengertian yang benar tentang Pancasila dan pengamalannya yang murni dan konsekuen oleh semua pihak.

Isi Munas tersebut menunjukkan bahwa Nahdlatul Ulama mendukung sepenuhnya keberadaan Pancasila dan turut serta dalam upaya pengamalan nilai-nilai Pancasila. Selain isi munas tersebut beberapa tokoh NU mengungkapkan pandangannya tentang Pancasila.

Seperti KH Bisri Syansuri (Rais Aam PBNU 1971-1980) yang mengatakan, "Sekarang saya sudah mengerti apa itu Pancasila. Bila ada orang Indonesia, orang Islam, orang NU, yang anti Pancasila, berarti ia anti padaku".

Tokoh PBNU lain mengungkapkan pandangannya, "Pancasila dan Islam itu sejalan dan saling menunjang. Keduanya tidak bertentangan dan tidak perlu dipertentangkan," ujar KH Achmad Shiddiq yang merupakan Rais Aam PBNU 1984-1991.

(Dian Ramadan/ mahasiswa Pasca Sarjana UIN Raden Intan Lampung)


Editor:

Warta Terbaru