• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Warta

Melontar Jumrah pada Hari Tasyriq

Melontar Jumrah pada Hari Tasyriq
SALAH satu sebab dari tragedy “Jamarat” di Mina beberapa waktu lalu karena adanya asumsi di kalangan masyarakat umum bahwa melontar jurah harus dilakukan setelah zawalusy. Sementara itu, jumlah hujjaj yang bertambah terus tiap tahun tidak dapat diimbangi dengan penyediaan fasilitas yang cukup. Tragedy jamarat terjadi karena semua orang sering melontar jumrah setelah zawal, sementara tempat melontar jumrah tidak cukup luas untuk menampung jumlah hujjaj yang begitu besar, sehingga terjadilah desak-desakan. Pertanyaannya, bagaimana hukum melontar jumrah qoblaz zawal? Jawaban Hukum melontar jumrah Qablaz zawal tergantung sejak terbit fajri adalah diperolehkan menurut Imam Rafi’i yang dikandung oleh Imam Asnawi. Qaul tersebut dinilai dha’if, namun boleh diamalkan. Keterangan dari kitab: 1. Tuhfah al-Muhtaj : وَجَزَمَ الرَّافِعِيُّ بِجَوَازِهِ قََبْلَ الزَّوَالِ كَاْلإِمَامِ ضَعِيْفٌ وَإِنْ اعْتَمَدَهُ اْلإسْنَوِيُّ وَزَعَمَ أَنَّهُ الْمَعْرُوْفُ مَذْهَبًا وَعَلَيْهِ فَيَنْبَغِي جَوَازُهُ مِنَ الْفَجْرِ. “Al-Rafi’i menetapkan, boleh melempar jumrah (pada hari Tasyriq) sebelum zawal (zhuhur) seperti pendapat al-Imam. Ini pendapat yang lemah, walaupun menjadi pegangan al-Isnawi yang menyatakan bahwa pendapat tersebut adalah pendapat yang ma’ruf (dikenal) dalam mazhab (al-Syafi’iyah). Karenanya (qaul dla’if), seyogyanya diperbolehkan melempar jumrah itu sejak terbit fajar.” 2. Al-Minhaj al-Qawim : وَقِيْلَ يَصِحُّ رَمْيُ الْحَاضِرِ قَبْلَ الزَّوَالِ لَكِنْ مَعَ الْكَرَاهَةِ وَجَزَمَ بِهِ الرَّافِعِيُّ وَاعْتَمَدَهُ. “Disebutkan, sah melempar jumrah orang yang hadir sebelum zawal, walaupun makruh. Pendapat ini merupakan pilihan al-Rafi’i dan memandangnya kuat.” 3. Fath al-Mujib : وَيَدْخُلُ وَقْتُهُ بِنِصْفِ لَيْلَةِ النَّحَرِ بِخِلاَفِ رَمْيِ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ فَإِنَّهُ يَدْخُلُ وَقْتُهُ بِزَوَالِ شَمْسِهَا بِاتِّفَاقِ اْلأَئِمَّةِ اْلأَرْبَعَةِ. وَجَوَّزَ إِمَامُ الْحَرَمَيْنِ وَالرَّافِعِيُّ أَنْ يَكُوْنَ رَمْيُ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ قَبْلَ الزَّوَالِ وَاعْتَمَدَهُ اْلإَِسْنَوِيُّ وَهُوَ ضَعِيْفٌ. “Waktu melempar jamrah Aqabah dimulai tengah malam hari raya Qurban, berbeda dengan melempar jamrah pada hari-hari Tasyriq (tanggal 11, 12, 13) waktu melempar jamrahnya dimulai setelah zawal al-Syams (bergesernya matahari ke arah barat) menurut ittifaq empat Imam Madzhab. Imam Al-Haramain dan al-Rafi’i membolehkan melempar jamrah pada hari-hari Tasyriq sebelum zawal al-syams, pendapat ini menjadi pandangan al-Isnawi. Dan pendapat ini adalah dlaif.” 4. I’anah al-Thalibin : وَالْمُعْتَمَدُ جَوَازُهُ فِيْهَا أَيْضًا وَجَوَازُهُ قَبْلَ الزَّوَالِ بَلْ جَزَمَ الرَّفِعِيُّ وَتَبِعَهُ اْلإِسْنَوِيُّ وَقَالَ إِنَّهُ الْمَعْرُوْفُ بِجَوَازِ رَمْيِ كُلِّ يَوْمٍ قَبْلَ الزَّوَالِ وَعَلَيْهِ فَيَدْخُلُ بِالْفَجْرِ. “Menurut pendapat yang kuat, boleh melempar jumrah pada hari tasyriq itu sebelum zawal. Bahkan, al-Rafi’i juga berpendapat sama yang diikuti oleh al-Isnawi. Al-Isnawi mengemukakan, cara itulah yang dikenal, yakni boleh melempar jumrah setiap hari sebelum zawal. Praktiknya, seyogyanya diperbolehkan melempar jumrah itu sejak terbit fajar.” 5. Fath al-Bari : وَفِيْهِ دَلِيْلٌ عَلَى أَنَّ السُّنَّةَ أَنْ يَرْمِيَ اْلجِمَارَ فِيْ غَيْرِ يَوْمَ اْلأَضْحَى بَعْدَ الزَّوَالِ وَبِهِ قَالَ اْلجُمْهُوْرُ. وَخَالَفَ فِيْهِ عَطَاءٌ وَطَاوُوْسٌ فَقَالاَ يَجُوْزُ قَبْلَ الزَّوَالِ مُطْلَقًا. وَرَخَّصَ الْحَنَفِيَّةُ فِى الرَّمْيِ فِي يَوْمِ النَّفَرِ قَبْلَ الزَّوَالِ. وَقَالَ إِسْحَاقُ إِنْ رَمَى قَبْلَ الزَّوَالِ أَعَادَ إِلاَّ فِى الْيَوْم الثَّالِثِ فَيُجْزِؤُهُ. “Hadits itu menjadi dalil, menurut sunah melempar jumrah selain hari Adlha adalah setelah zawal, ini adalah pendapat jumhur ulama. Berbeda dengan pendapat Atho’ dan Thawus yang mengemukakan, boleh melempar jumrah sebelum zawal secara mutlak. Al-Hanafiyah memberikan rukhshah (keringanan), boleh melempar jumrah pada hari nafar sebelum zawal. Ishaq berpendapat, jika seseorang melempar jumrah sebelum zawal (pada hari nafar), maka ia harus mengulanginya, kecuali pada hari ketiga tasyri, maka melempar sebelum zawal cukup baginya.”


Editor:

Warta Terbaru