ALLAH SWT memberi jaminan akan melipatgandakan setiap amalan kebaikan yang dilakukan umat Muslim, khususnya di Bulan Ramadhan.
Diantara amal kebaikan yang sangat baik dan dianjurkan dalam syariat adalah “silaturahmi”, yaitu menjalin hubungan yang baik dengan kerabat, sanak saudara maupun handai taulan. Saling mengasihi dan menyayangi dalam balutan ukhuwah islamiyyah yang baik.
Apa itu silaturahmi?
Silaturahmi berasal dari bahasa Arab, shilaturrahim dibentuk dari kata shilah dan ar-rahim. Kata shilah berasal dari washala-yashilu-waslan, artinya adalah hubungan. Adapun ar-rahim atau ar-rahm, jamaknya arhâm, yakni rahim atau kerabat. Asalnya dari ar-rahmah (kasih sayang); ia digunakan untuk menyebut rahim atau kerabat karena orang-orang saling berkasih sayang, karena hubungan rahim atau kekerabatan itu.
Di dalam Alquran, kata al-arhâm terdapat dalam tujuh ayat, semuanya bermakna rahim atau kerabat.
Dengan demikian, secara bahasa silaturahmi artinya adalah hubungan kekerabatan. Sedangkan menurut Syara’, pengertiannya bersesuaian dengan makna bahasanya, yaitu hubungan kekerabatan.
Secara terminologi, Imam Nawawi memberi batasan, “Shilaturrahim artinya berbuat baik kepada kerabat sesuai dengan kondisi yang menyambung maupun yang disambung. Kadangkala dengan harta benda, pelayanan, kunjungan, salam, dan lain-lain.”
Mengenai batasan rahim yang wajib disambung, Imam Nawawi berkata, “Para ulama berbeda pendapat tentang batasan rahim yang wajib disambung. Ada yang berpendapat, setiap rahim itu mahrom. Ada lagi yang berpendapat, ia bersifat umum mencakup semua yang ada hubungan rahim dalam hak waris. Antara yang mahrom dan tidak, sama saja. sesuai dengan sabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya kebaikan yang paling baik adalah jika seseorang menyambung kerabat cinta ayahnya.”
Sebagaimana pernyataan Ibnu Hajar al-'Ashqalani dan al-Mubarakfuri, "Ar-Rahim mencakup setiap kerabat. Mereka adalah orang yang antara dia dan yang lain memiliki keterkaitan nasab, baik mewarisi ataupun tidak, baik mahram ataupun selain mahram."
Juga Asy-Syaukani mengatakan, "Shilah ar-rahim itu mencakup semua kerabat yang memiliki hubungan kekerabatan yang memenuhi makna ar-rahim (kerabat)."
Dari paparan di atas, maka silaturahmi adalah hubungan kerabat; berupa hubungan kasih-sayang, tolong-menolong, berbuat baik, menyampaikan hak dan kebaikan, serta menolak keburukan dari kerabat.
Silaturahmi merupakan ibadah yang sangat agung, mudah dan membawa berkah. Kaum muslimin hendaknya tidak melalaikan dan melupakannya. Sehingga perlu meluangkan waktu untuk melaksanakan amal shalih ini, terutama di dalam bulan yang baik ini, yakni Bulan Ramadhan.
Demikian banyak dan mudahnya alat transportasi dan komunikasi, seharusnya menambah semangat kaum muslimin bersilaturahmi. Silaturahmi juga termasuk akhlak yang mulia.
Allah Ta'ala telah menyeru hambanya berkaitan dengan menyambung tali silaturahmi ini dan memperingatkan orang yang memutuskannya dengan laknat dan adzab, dalam beberapa ayat dalam Al-Qur’an. Diantaranya adalah :
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ. أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
Artinya: “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan ? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikanNya telinga mereka, dan dibutakanNya penglihatan mereka.” (QS. Muhammad 47:22-23).
وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya: “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An Nisaa’ 4:1).
وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ
Artinya : “ dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk ”. (QS. Arra’d 13:21). Wallahua`lam. (Sumber : buku Da`watu Haq/sunarto)