BANDAR LAMPUNG - Ratusan masyarakat, santri, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, mengikuti pengajian dan pembacaan Sholawat Nariyah yang dihelat PW ISNU Lampung di Pondok Pesantren Hafidz Al-Qur'an "Maulana Rosyid" Jl. Imba Kusuma Kemiling No.40 Bandar Lampung, Jum'at (21/10).
Ketua PW ISNU Lampung, Lazuardi Alwi mengatakan, kegiatan membaca Shalawat Nariyah adalah rangkaian Peringatan Hari Santri.
Jutaan masyarakat, khususnya Nahdlatul Ulama (NU) dari seluruh negeri dan beberapa kota di dunia ikut membacakan Sholawat Nariyah.
“Sebagai generasi penerus kita tidak boleh lupa sejarah. Resolusi Jihad NU adalah salah satu bukti bahwa umat Islam Indonesia selalu menjadi garda terdepan dalam menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tanpa adanya Resolusi Jihad NU ini, mungkin kita masih terjajah oleh Sekutu yang saat itu ingin kembali menguasai Indonesia setelah sukses mengalahkan Jepang dalam perang dunia II,” katanya.
“Resolusi Jihad NU tersebut membakar semangat umat Islam untuk berperang. Karena selain tak ingin kembali terjajah oleh Belanda, mereka juga merindukan mati syahid yang sudah dijanjikan akan memperoleh jaminan masuk surga oleh Allah SWT,” tambahnya.

Sebelum terjadinya peristiwa perang antara Arek Surabaya melawan tentara Inggris tanggal 10 Nopember 1945, Rais Akbar Nahdlatul Ulama (NU) Hadlratussyaikh KH Hasyim Asy'ari mengeluarkan Fatwa Jihad bagi seluruh umat islam yang berada dekat dengan Kota Surabaya untuk mau ikut berperang melawan penjajah.
Itulah Resolusi Jihad NU yang dikeluarkan pada 22 Oktober 1945. Sejak masa perjuangan, peran para ulama dan kyai khususnya di lingkungan pesantren dan Nahdlatul Ulama (NU), dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, tak bisa diabaikan apalagi dihapuskan.
Ulama lebih banyak melakukan perjuangan diplomasi lewat organisasi dan mengiringi proses pembentukan watak dan karakter bangsa (nation and character building). Oleh Pemerintah Republik Indonesia, tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional.
ISNU merupakan organisasi yang telah menjadi badan otonom Nahdlatul Ulama (NU) yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada kelompok sarjana dan kaum intelektual.
”Dari sejumlah literatur, ISNU ini didirikan di Surabaya pada 19 November 1999, ISNU baru ditetapkan sebagai Badan Otonom NU pada tahun 2010 ketika Muktamar ke-32 NU di Makassar. Sebagai wadah sarjana NU, keanggotaan ISNU meliputi seluruh sarjana NU atau orang yang dianggap berjasa kepada NU,".
ISNU untuk mewadahi kegiatan-kegiatan para sarjana, ilmuwan, intelektual, dan profesional NU Provinsi Lampung. Yang tentu saja, berlatar belakang dari berbagai disiplin ilmu agar terarah efektif dan efisien.
Oleh karenanya seluruh kegiatan ISNU, akan selalu bersinegergi dengan NU. Sebab, selain itu, untuk meningkatkan pengembangan faham Islam Ahlusunnah wal Jama’ah, ilmu pengetahun, dan teknologi; Meningkatkan sinergitas kegiatan NU dalam mencapai dan memperjuangkan kesejahteraan umat, dalam bingkai NKRI.
Lurah Kemiling Raya Yusuf Musa, mengapresiasi kegiatan pembacaan Shalawat Nariyah dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional.
“Semoga dengan dibacakannya Shalawat Nariyah menambah keimanan dan kecintaan kita terhadap Rasulullah Muhammad SAW. Bangsa Indonesia diberi keberqahan secara ekonomi, diberi ketertiban dan keamanan, dijadikan Negeri yang Baldatun, Toyibatun, Warrabun ghofur,” katanya. (rudi)