Warta

Gregetnya Fatayat NU Lampung Pada Maraknya Kekerasan Seksual

Jumat, 10 Juli 2020 | 10:29 WIB

LAMPUNG – Maraknya kekerasan seksual yang terjadi di Lampung dalam beberapa bulan terakhir dinilai sudah sangat mengkhawatirkan. Apalagi pelakunya merupakan orang-orang dekat.

Orang-orang yang semula dianggap pelindung, malah menjadi bencana dan bakal tidak terlupakan seumur hidup korban.

ā€œSecara pribadi dan mewakili lembaga PW Fatayat NU Provinsi Lampung, kami sangat prihatin. Setiap kali membaca media cetak, sering kali yang saya baca berita tentang kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak. Apakah di kolom yang kecil atau jadi center opini,ā€ kata Ketua PW Fatayat NU Lampung, Khalida pada redaksi nulampung.or.id, Jumat (10/7/2020).

Khalida mengakui, kasus kekerasan seksual di Lampung, khususnya dugaan pelecehan seksual oleh pendamping P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) di Lampung Timur (Lamtim) menjadi percakapan atau diskusi di grup WA Fatayat NU.

ā€œItu membuat kami gusar dan geram. Sebab, seperti tidak ada ruang aman lagi bagi anak yang memerlukan perlindungan. Bisa jadi, kasus ini hanya sebagian kecil dari rentetan kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak. Ini seperti fenomena gunung es, memendam lama siap diledakan atau malah dicairkan,ā€ katanya.

Menurut Khalida, pemerintah dan Ormas LSM dan lainnya sudah memberikan perhatian yang besar pada kasus semacam ini.

ā€œYang dibutuhkan saat ini hanya kesungguhan, keseriusan. Termasuk ini, yang bikin saya greget RUU PKS (Prilaku Kekerasan Seksual,Red) dihapus dalam Prolegnas dengan alasan pembahasannya 'agak sulit',ā€ katanya.

Khalida mengatakan, penanganan yang setengah hati serta payung hukum yang belum cukup kuat tersedia membuat pelakuĀ  tidak merasa takut atau ngeri. Mereka memanfaatkan situasi dan kelemahan dari korban.

ā€œKita tidak bisa terus menerus hanya mengecam, mencerca dan memaki. Harusnya, yang sudah terjadi menjadi titik awal kebangkitan kita, keseriusan kita. Anak dan perempuan harus dibekali pertahanan diri. Pertahanan diri tidak selalu dimaknai mereka harus mempunyai ilmu bela diri walau itu penting juga. Saya kira mereka harus mengetahui upaya mem'proteck' diri sehingga dimanapun mereka berada. Berhadapan dengan kondisi apapun, mereka tahu apa yang harus dilakukan dan kerjakan,ā€ katanya.

Khalida mengatakan, Fatayat NU akan juga terus berupaya mengedukasi masyarakat yang dimulai dari orang-orang terdekat dan komunitas- komunitas di simpul- simpul masyarakat.

ā€œInformasi yang bermanfa'at tentang upaya-upaya pencegahan harus menjadi skala prioritas kita saat ini disamping hal penting memulihkan rasa traumatis korban dan psikologisnya,ā€ katanya.

Fatayat, kata Khalida, melalui ibu-ibu PKK akan mengupayakan anak anak sejak usia dini untuk mem'protect' diri mereka. Caranya, dengan memberikan buku komik tentang perlindungan kekerasan terhadap anak dengan gambar yang menarik dan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami untuk dibaca bersama orang tua dan keluarganya.

ā€œYang pasti persoalan ini menjadi keprihatinan bersama. Ini bukan persoalan perempuan. Tapi ini soal harkat martabat kemanusiaan di muka bumi ini,ā€ katanya. (sunarto)