Oleh: Arief Rifkiawan Hamzah
(Koordinator IKA PMII Universitas Islam Sultan Agung Wilayah Yogyakarta)
Rapat tahunan komisariat (RTK) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, merupakan rapat yang diadakan untuk mengevaluasi AD/ART organisasi dan kinerja pengurus yang dilaksanakan pada periode lalu. Momen ini juga sebagai penanda bahwa kepengurusan periode lalu telah berakhir, sehingga momen ini juga digunakan untuk memilih ketua baru sebagai penerus tahta kepemimpinan komisariat yang berbasis kampus.
Ketika sudah terpilih nahkoda baru, maka menjadi harapan baru bagi para kader dan para senior untuk memperbaiki dan mengembangkan PMII Komisariat agar menjadi lebih baik dan lebih besar di daerah masing-masing. Adanya ketua baru di organisasi diharapkan bisa membawa dampak positif bagi perkembangan organisasi. Amanat besar yang telah diberikan oleh para kader tersebut diharapkan bisa dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab oleh ketua yang baru, untuk membawa PMII Komisariat menjadi lebih baik dan bisa berkembang.
Apa saja yang harus dilakukan oleh ketua baru? Ada enam tugas yang harus dilaksanakan oleh ketua baru ini dalam satu periode. Pertama, meningkatkan organisasi secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas, maksudnya adalah meningkatkan jumlah mahasiswa yang berhasil direkrut, dibanding tahun-tahun sebelumnya. Jumlah yang besar tentunya bukan hanya akan memperkuat komisariat, tapi juga akan memperkuat rayon-rayon yang ada di fakultas.
Kita tahu bahwa para pemuda NU atau anak-anak yang berasal dari keluarga NU di kampus-kampus tidak sedikit. Mereka membutuhkan wadah persatuan di kampus masing-masing. Maka para pengurus harus bisa memberikan jalan bagi mereka untuk menjadi kader PMII, sebagai salah satu badan otonom NU, agar para mahasiswa itu tetap terjaga ke-NU-annya.
Selanjutnya, pengkaderan PMII harus diarahkan kepada penguatan budaya baca. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas para kader PMII. Dengan cara ini, kualitas para kader mengalami perubahan yang signifikan, sehingga dalam setiap tahunnya muncul tokoh-tokoh baru PMII Komisariat yang lebih segar.
Sekalipun demikian, kadang-kadang PMII Komisariat masih belum stabil dalam melaksanakan kegiatan mingguan, bulanan, maupun tahunan. Hal ini diakibatkan oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal berupa jadwal kuliah yang kadang kurang sinkron membuat para kader belum secara maksimal berperan aktif dalam kegiatan PMII. Sebagian pengurus yang seharusnya dijadikan teladan, masih ada yang belum bisa memposisikan diri sebagai pengurus, artinya dirinya belum mengetahui apa peran dan tugas dirinya menjadi pengurus PMII. Pada akhirnya sebagian dari mereka ada yang tidak aktif dalam kepengurusan, sehingga dalam menangani kaderisasi seringkali kewalahan.
Faktor eksternal berupa kurangnya dukungan dari organisasi lain baik ranah fakultas maupun universitas, sehingga fasilitas yang disediakan minim. Oleh karenanya, tugas ketua dan pengurus baru ini hendaknya memperjelas peran dan tugas pengurus barunya dalam mendampingi kaderisasi para kader baru. Penguatan budaya baca harus ditularkan dengan baik kepada para kader, diskusi rutin mingguan harus lebih ditingkatkan lagi dengan penambahan waktu dan pemilihan tema berbobot. Sehingga mahasiswa yang tergabung di PMII tidak perlu bertanya, aku di PMII dapet apa?
Kedua, menentukan cara mengkader yang tepat dan meneguhkan Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja). Ketua dan pengurus baru harus menentukan tentang cara yang sesuai terhadap pelaksanaan pengkaderan. Hal ini perlu dilakukan karena kader-kader saat ini bukan hanya fakultas agama, tetapi sudah mencapai lintas fakultas yang memerlukan cara pengkaderan yang berbeda.
Cara-cara yang ditetapkan haruslah berlandaskan Aswaja agar para kader tidak lupa akan hal tersebut. Cara mengkader yang inovatif dan kreatif harus dilakukan untuk menjaga dan merawat jumlah kader yang besar tersebut agar tetap aktif dalam setiap kegiatan PMII.
Ketiga, menggiatkan kembali pendidikan entrepreneurship. Pendidikan kewirausahaan pada saat ini menjadi kebutuhan yang tidak bisa dihindarkan. Hadirnya era MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) membuat para mahasiswa PMII kelabakan dalam menghadapinya.
Tanpa bekal pengetahuan kewirausahaan, para kader PMII dirasa akan sulit untuk bersaing di kancah internasional. Maka pendidikan kewirausahaan harus digiatkan kembali di komisariat untuk membekali para kader memahami kewirausahaan, sehingga mereka bisa berfikir kreatif dan mengambil keuntungan dari peluang yang ada.
Pendidikan tersebut diharapkan tidak hanya konsep, tetapi harus juga dipraktekkan dengan baik. Misalkan membuka usaha berjualan es, gorengan, stiker, jasa print, jasa desain, dan lain-lain. Hasilnya bisa dimanfaatkan juga untuk kebutuhan operasional organisasi setiap harinya.
Keempat, membuat database anggota lama dan baru. Inilah yang harus benar-benar dilaksanakan oleh ketua dan pengurus baru, karena database kade PMII di komisariat belum ada kejelasan berapa jumlah kader yang telah dibaiat. Maka pengurus harus membuat buku database sendiri dan setiap kader harus didata kembali secara rinci sebelum mereka lulus dari kampus.
Kelima, memperluas jaringan dengan para senior, organisasi lain maupaun institusi lain. Perluasan jaringan ini perlu dilakukan untuk memperluas kerjasama dengan pihak-pihak lain dalam bidang kaderisasi maupun kewirausahaan. Memperluas jaringan dengan siapapun membuat prospek perkembangan PMII semakin baik, karena dukungan-dukungan dalam kaderisasai maupaun kewirausahaan akan terus berdatangan.
Keenam, ini merupakan hal yang menurut saya penting untuk pengkaderan dan kemajuan PMII, yaitu memperkuat kebiasaan tulis-menulis. Selama ini dalam setiap season acara mapaba, PKD, PKL, rapat, berdiskusi hanya diabadikan atau didokumentasikan melalui kamera. Ya, hanya kamera, lalu dibuat beralbum-album dan tak pernah dikupas tuntas makna atau sejarah di balik album-album itu.
Album-album foto itu hanya menjadi file yang nganggur di laptop masing-masing kader. Padahal dari album-album foto itu tersimpan sejarah yang besar, sehingga harus dieksplor kepada kader agar para kader tahu sejarah perjuangan PMII, dan supaya mereka tidak hanya berkutat pada periodenya. Tujuan utamanya adalah agar para kader bisa belajar dari sejarah tersebut. Lalu bagaimana makna dari foto di album-album itu? Ada dua cara, yaitu melalui oral dan melalui tulisan.
Oral atau perkataan bisa disampaikan saat diskusi-diskusi kecil berlangsung. Sekalipun belum maksimal, setidaknya hal tersebut sudah terlaksana dengan adanya para senior yang mendampingi. Nah, yang belum terlaksana adalah menguak sejarah album-album itu melalui tulisan. Mungkin para kader telah mendokumentasikan foto dan keterangannya melalui jejaring sosial pribadi dan melalui grup, itu cukup baik.
Namun akan lebih bagus jika semua itu dikumpulkan jadi satu lalu dijelaskan melalui tulisan yang rinci, seperti acara apa, di mana, siapa saja dan berapa pesertanya, kapan, bagaimana datang ke lokasi, apa outputnya dan hal-hal rinci lainnya yang menarik minat si penulis. Ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan, yaitu dalam setiap tulisan itu harus ada pelajaran atau hikmah yang diambil dari kegiatan tersebut.
Tahukah kita bahwa Mahbub Djunaidi pendiri PMII itu hobi menulis? Dalam beberapa sumber yang sudah dirangkum oleh nu-lampung,or,id, menunjukkan bahwa Mahbub adalah seorang penulis yang produktif.
Dia menulis novel “Dari Hari Ke Hari” (1974) dan dengan novel tersebut dia memenangkan sayembara mengarang roman Dewan Kesenian Jakarta. Selain itu dia menulis novel Angin Musim. Kumpulan esainya diterbitkan dalam bentuk buku, yaitu Politik Tingkat Tinggi Kampus, Kolom Demi Kolom, Humor Jurnalistik, Mahbub Djunaidi Asal-Usul.
Selain itu Mahbub Djunaidi juga menerjemahkan beberapa buku, di antaranya 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Di Kaki Langit Gurun Sinai, Binatangisme, Cakar-Cakar Irving. Dia juga ahli dalam membuat lirik lagu dengan dibuktikan menyusun lirik Mars PMII dan Mars Ansor.
Program memperkuat budaya tulis-menulis ini tidak mudah memang, tapi perlu untuk dimulai tahun ini. Kader-kader yang berpotensi dan berminat dalam bidang tulis-menulis harus diarahkan ke sana untuk berkontribusi di organisasi. Tugas ini tidak lepas dari motto PMII, yaitu Zikir, Pikir, Amal Soleh. Menulis juga bagian dari Zikir, Pikir, Amal Soleh.
Memperbaiki perkembangan PMII itu artinya memperbaiki perkembangan NU, memperbaiki perkembangan NU artinya memperbaiki citra Islam dalam kancah nasional maupun Internasional. Maka tanggung jawab besar tersebut harus benar-benar dilaksanakan oleh kepengurusan baru demi menyongsong Islam yang rahmatan lil’alamin. Semoga.