• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 18 Mei 2024

Warta

Ananta Harlah NU dan Fenomena Hijrah

Ananta Harlah NU dan Fenomena Hijrah

Oleh : Hery Miftahul Hadi

JAMIAH Nahdlatul Ulama di tahun 2021 ini merayakan hari lahirnya yang ke-95 dalam kalender masehi dan ke-98 dalam kalender hijriah. Menariknya dalam logo resmi Harlah NU kali ini terbentuk gambar logo ananta. Bentuk gambar seperti angka 8 terbaring ini memiliki makna yang luar biasa.

Ananta yang biasa digunakan dalam kaidah matematika ini bermakna bilangan yang lebih besar daripada tiap-tiap yang kemungkinan dapat dibayangkan. Ananta yang dalam bahasa Inggrisnya infinity atau infinite mengandung arti tak terhingga.

Inilah harapan besar, cita-cita yang besar, dengan khidmah yang lebih besar dan seluas-luasnya. NU dengan tasamuh dan tawassuthnya membawa Islam meluas kesegala penjuru, rahmatan lil ‘alamin.

Seiring terbukanya segala informasi, trend platform digital dan media sosial yang juga menembus pasar tanpa batas dari anak-anak, remaja hingga kalangan tua, dari perkampungan hingga perkotaan, bahkan dari strata sosial miskin hingga kaya, semua bisa dengan mudahnya untuk mengakses informasi global. Hal ini tentu harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para da’i muda NU.

Ibarat sebuah pisau yang bisa digunakan untuk mengupas mangga, tetapi juga bisa digunakan untuk membunuh. Begitu juga media sosial, di satu sisi memang banyak negatifnya, berbagai konten tak senonoh beredar bebas, tetapi di sisi lain kita bisa menggunakannya untuk kegiatan positif sebagai sarana dakwah.

Dakwah berbasis teknologi digital adalah bagian cara untuk menembus segala penjuru, sesuai makna ananta. Tentunya dakwah ini harus dilakukan secara massif,  jangan sampai hal yang negative yang lebih dominan.

Media pemberitaan NU menjadi pelopor dalam hal ini, tentulah support dan juga peran dari warga nahdiyin sangat diharapkan agar untuk bersama-sama bergerak, berdakwah, dan berjihad dalam dunia maya, menembus tanpa batas. Seperti dawuh KH Said Aqil Siradj yang juga resah atas ramainya media sosial dengan konten-konten agama non aswaja, yang berujung pada pengaburan akidah, ditambah lagi hadirnya fenomena hijrah.

Fenomena hijrah yang terjadi di dekade ini telah membentuk sistem dan pemikiran baru tentang belajar Islam. Kalangan artis yang beramai-ramai hijrah adalah sebuah kebaikan dan patut disyukuri, akan tetapi follow up dari hijrahnya belum dalam jalur yang tepat. Sanad keilmuan yang diambilnya belum pas, ketidakjelasan sanad ini tentu sangat membahayakan, tidak hanya untuk generasi saat ini, tetapi juga untuk generasi akan datang.

Kita ketahui betapa anak-anak muda akan lebih tertarik untuk mengikuti berbagai gaya artis. Segala gerak, tindakan, fashion hingga gaya rambut ingin sama dengan artis yang menjadi idolanya. Tak berlebihan hingga ke ranah spiritual.

Dan yang menjadi miris adalah artis yang baru saja hijrah beberapa bulan saja sudah tidak canggung lagi menuliskan predikat ustadz pada namanya, dan memanfaatkan panggung media sosial untuk bicara agama di ranah publik.

Memanglah benar bahwa mencari ilmu saat ini sepertinya  jauh lebih mudah ketimbang mencari ilmu pada zaman dahulu. Padahal apakah itu ilmu dari guru yang benar, apakah dari sumber yang benar, apakah itu hoaks, ataukah itu adalah finah-fitnah, telah melebur menjadi satu. Disitulah diperlukan da’i-da’i NU untuk memberi pencerahan.

Harlah NU saat ini dengan slogan khidmah NU, menyebarkan Aswaja dan meneguhkan komitmen kebangsaan, sangatlah tepat dengan kondisi saat ini.

Sudah bukan rahasia lagi, kelompok ekstrim, aliran garis keras pengatasnama agama dengan sangat serius membidik para pemuda, generasi bangsa kita dalam perjuangan mereka. Praktik penjerumusan aqidah Islam untuk kepentingan politik berujung pada cara-cara memantik kekerasan (chaos) dan terorisme.  Sungguh begitu meresahkan umat dan bangsa.

Da’i muda Nahdlatul Ulama wajib hadir untuk berada digarda terdepan, dengan nafas patriotisme dan semangat menyebarkan kedamaian bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin).

Ayo, para da’i muda NU bangkitlah, ayo alumni pondok pesantren turun gununglah! Sungguh jihad  di media sosial ini benar-benar panggilan nyata untuk kita.

Mari jadikan Harlah NU sebagai semangat mempertahankan akidah Ahlu-sunah wal jama’ah, ananta fikrah NU meluas dan menjadi solusi keilmuan bagi para pelaku hijrah, para pencari Tuhan.

Penulis adalah Sekretaris MWC NU Sukarame Kota Bandar Lampung


Editor:

Warta Terbaru