Warta

Alhamdulillah, Kader KMNU Unila Masuk SEA-Teacher Project

Selasa, 22 Mei 2018 | 11:47 WIB

BANDAR LAMPUNG – Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Universitas Lampung (Unila) patut berbangga. Itu setelah salah satu kadernya terpilih menjadi peserta SEA-Teacher Project atau Pre-Service Student Teacher Exchange in Southeast Asia. Dia adalah Hesta Anggia Sari yang juga Sekretaris Umum (Sekum) KMNU Unila. "Alhamdulillah, saya diterima. Sebelumnya pesimistis mengingat saya angkatan 2016 yang belum boleh mengikuti program itu," ujar Hesta seperti diwartakan nu.or.id, Selasa (22/5). SEA-Teacher Project adalah program bertujuan memberikan kesempatan bagi mahasiswa dari universitas yang ada di Asia Tenggara untuk memiliki pengalaman praktikum mengajar di sekolah-sekolah di negara-negara lain di Asia Tenggara. Program tersebut diinisiasi oleh Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO), didirikan pada 1965 yang melibatkan negara di Asia Tenggara untuk mempromosikan kerja sama di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan di negara-negara anggota. Terdapat 11 negara anggota SEAMEO yang bekerja sama dalam program tersebut. Satu tujuan besarnya yakni bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Asia Tenggara dan merevitalisasi pendidikan guru dan terus membangun dan memperkuat kapasitas guru di wilayah negara asal. Tak menyerah, Hesta menanyakan pada Badan Akademi Kemahasiswaan (BAK) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) syarat rinci SEA-Teacher Project. "Akhirnya saya diperbolehkan untuk ikut program itu dan melakukan tes wawancara dengan para juri, wakil dekan tiga dan staf lainnya," ujar Hesta lagi. Mahasiswa angkatan 2016 tersebut memang sudah berniat berpartisipasi dalam program itu meskipun belum mendapatkan mata kuliah microteaching, satu syarat wajib untuk mengikuti tes SEA-Teacher Project. Namun Hesta mampu bersanding dengan kakak tingkatnya dan menggeser posisi kawan seangkatannya yang juga ikut dalam tes wawancara SEA-Teacher Project 2018. "Ada dua orang dan beberapa kakak tingkat yang seangkatan dengan saya waktu itu dari pendidikan matematika, namun tidak lolos dalam tahap tes wawancara dengan wakil dekan tiga dan para juri," kata Hesta lagi. Ia berharap mahasiswa FKIP dapat mencoba program dimaksud guna mengembangkan pedagogis dalam berpengalaman belajar mengajar dengan berbahasa Inggris. Hesta optimistis, mahasiswa-mahasiswa Indonesia juga memiliki kemampuan berani bersaing dengan mahasiswa luar negeri. "Dengan ajang-ajang pendidikan bergengsi, mahasiswa Indonesia harus  lebih percaya diri dan terus berkarya untuk Indonesia. Terkhusus untuk kader NU yang sekarang ini mulai melambung prestasinya dikancah nasional maupun dikancah internasional," kata dia. (Istiqomah/Muiz)