• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Syiar

Inilah Empat Peristiwa Penting di Bulan Dzulqa’dah

Inilah Empat Peristiwa Penting di Bulan Dzulqa’dah
Inilah Empat Peristiwa Penting di Bulan Dzulqa’dah (Foto: NU Online)
Inilah Empat Peristiwa Penting di Bulan Dzulqa’dah (Foto: NU Online)

Kita telah memasuki Dzulqa’dah, yang merupakan salah satu bulan haram (mulia) dalam agama Islam.  Terdapat empat peristiwa penting yang memiliki makna mendalam. Bulan ini memiliki momen-momen bersejarah dan spiritual yang perlu diketahui umat Muslim di seluruh dunia. 


Dari peristiwa-peristiwa ini, kita dapat mengeksplorasi nilai-nilai keagamaan dan menggali pemahaman yang lebih dalam tentang agama Islam.


Bulan Dzulqa’dah merupakan bulan suci yang sangat dimuliakan oleh Allah. Tentunya, umat Islam harus semakin giat dan semangat dalam melakukan ketaatan dan kebaikan di bulan mulia ini. 


Sebab, bulan Dzulqa’dah merupakan bulan pertama dari empat bulan haram, di mana jika melakukan ketaatan dan kemaksiatan akan dilipatgandakan balasannya. Oleh karenanya, kemuliaan bulan yang satu ini harus benar-benar dijaga oleh umat Islam.


Bulan ini juga merupakan awal untuk menyongsong salah satu ibadah yang sangat mulia, yaitu melaksanakan rukun Islam terakhir yakni ibadah haji di bulan Dzulhijjah. 


Tidak hanya itu, keagungan bulan ini diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an, sebagai bukti bahwa kemuliaannya juga melebihi bulan-bulan lain pada umumnya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an, yaitu:


إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلاَ تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ 


Artinya: Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu (At-Taubah ayat 36). 


Dilansir dari NU Online, pada ayat di atas, Allah menegaskan terdapat dua belas bulan dalam satu tahun, dan di antara yang dua belas itu terdapat empat bulan haram yang sangat dimuliakan yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. 


Beragam peristiwa dan kejadian di bulan Dzulqa’dah sangat penting untuk diketahui umat Islam sebagai refleksi agar bisa berbuat lebih baik, dan tentunya bisa mengetahui sejarah dalam Islam. 


Dengan mengetahuinya, semangat ibadah dan melakukan kebaikan akan terus bertambah. Berikut empat peristiwa penting yang terjadi pada bulan Dzulqa’dah:


Pertama, Perang Bani Quraizhah. Syekh Shafifurrahman al-Mubarakfuri dalam salah satu kitab sirah-nya mengatakan bahwa sehari setelah kepulangan Rasulullah di Madinah, tepat pada waktu Zuhur datang malaikat Jibril untuk menemuinya. 


Kemudian dia berkata: Sudahkah engkau meletakkan senjatamu? Demi Allah, kami (para malaikat) belum meletakkan senjata. Berangkatlah engkau sekarang bersama sahabat-sahabatmu menuju Bani Quraizhah, saya (Jibril) akan berjalan di depanmu untuk menggoncangkan benteng-benteng mereka dan menebarkan kekuatan di dada mereka.


Mendengar apa yang disampaikan malaikat Jibril, Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk segera berangkat menuju perkampungan Bani Quraizhah dan berpesan agar mereka tidak shalat Ashar kecuali telah sampai di perkampungan tersebut. 


Sesampainya di pemukiman Bani Quraizhah, Rasulullah dan semua umat Islam yang ikut serta mengepung Yahudi Bani Quraizhah yang berlindung di benteng-benteng mereka selama 25 malam (menurut riwayat lain, 25 hari). Akhirnya, mereka tidak tahan lagi dikepung, Allah menanamkan rasa takut di hati mereka, kemudian menyerah dan tunduk di bawah keputusan hukum Rasulullah. 


Peristiwa ini sebagaimana disebutkan oleh Syekh Shafiyurrahman terjadi pada bulan Dzulqa’dah.


وَقَعَتْ هَذِهِ الْغَزْوَةُ فِيْ ذِيْ الْقَعْدَةِ سَنَةَ الخَامِسَةَ 


Artinya: Peperangan ini (Bani Quraizhah) terjadi pada bulan Dzulqa’dah tahun kelima (hijriah) (Shafiyurrahman, ar-Rahiqul Makhtum, [Beirut, Darul Fikr: tt], halaman 281). 


Kedua, Perjanjian Hudaibiyah. Syekh Ali as-Shalabi dalam salah satu kitab sirah-nya mengatakan ketika kekuatan umat Islam semakin kuat, mereka mulai berpikir untuk mendapatkan hak mereka yang sudah sangat mereka inginkan, yaitu beribadah di Masjidil Haram yang sejak enam tahun lamanya terhalang oleh kaum musyrikin. 


Tepat pada hari Senin bulan Dzulqa’dah tahun ketujuh (ada yang mengatakan tahun keenam) hijriah, berangkatlah Rasulullah bersama 1400 orang sahabat tanpa membawa senjata perang. Setibanya di Dzulhulaifah (miqat bagi penduduk Madinah, atau yang datang dari arah Madinah bagi mereka yang akan melakukan umrah dan haji), Rasulullah mulai melakukan ihram untuk umrah. 


Sementara itu, kaum kafir Quraisy mengira bahwa kedatangannya untuk menyerang mereka, hingga kemudian ada salah satu perwakilan dari mereka yang pergi mendatanginya untuk mengetahui tujuan sebenarnya. Sesampainya di tempat peristirahatan umat Islam, Rasulullah menegaskan kepadanya bahwa kedatangannya semata-mata untuk umrah, bukan perang. 


Karena tujuannya bukan untuk perang, akhirnya Rasulullah dan kafir Quraisy membuat kesepakatan damai, yang kemudian dikenal dengan istilah suluh hudaibiyah, yaitu perjanjian damai antara umat Islam dan kafir Quraisy yang berlangsung di Hudaibiyah pada tahun ketujuh hijriah (Ali as-Shalabi, Sirah Nabawiyah, Durusun wan Ibarun fi Tarbiyatil Ummah, [Beirut, Darul Fikr: 2019], juz VIII, halaman 168).


Ketiga, Rasulullah umrah empat kali. Bulan Dzulqa’dah merupakan salah satu-satunya bulan yang sangat dekat dengan bulan haji. Oleh karenanya, pada bulan ini Rasulullah sangat sering melakukan umrah. Selain untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, juga untuk mempersiapkan diri menghadapi datangnya kewajiban rukun Islam yang kelima berupa ibadah haji. 


Dalam sebuah hadits, Umrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad pada bulan mulia ini sebanyak empat kali, sebagaimana riwayat al-Bukhari, yaitu:


اعْتَمَرَ رَسُوْلُ اللَّهُ أَرْبَعَ عُمَرٍ كُلُّهُنَّ فِي ذِي الْقَعْدَةٍ: عُمْرَة مِنَ الْحُدَيْبِيَةِ فِي ذِي الْقَعْدَةِ، وَعُمْرَة مِنَ الْعَامِ الْمُقْبِلِ فِي ذِي الْقَعْدَةِ، وَعُمْرَة مِنَ الْجِعْرَانَةِ، وَعُمْرَة مَعَ حَجَّتِهِ 


Artinya: Rasulullah melakukan umrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah, yaitu umrah dari Hudaibiyah di bulan Dzulqa’dah; satu umrah pada tahun berikutnya pada bulan Dzulqa’dah; satu umrah dari Ji’ranah; dan umrah bersama hajinya (HR Bukhari). 


Keempat, Allah Berfirman Kepada Nabi Musa. Selain tiga peristiwa penting di atas, ada juga salah satu peristiwa luar biasa yang terjadi pada bulan Dzulqa’dah, yaitu pembicaraan Nabi Musa dengan Allah ketika menerima wahyu berupa kitab Taurat, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an, yaitu:


وَلَمَّا جَاء مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ 


Artinya: Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan telah berfirman (langsung) kepadanya (Musa) (Al-A’raf ayat 143). 


Imam Ibnu Katsir ad-Dimisyqi (wafat 774 H) dalam kitab tafsirnya mengutip beberapa pendapat mayoritas ulama tasir, di antaranya Imam Mujahid, Masruq, dan Ibnu Juraih, bahwa kejadian di atas terjadi pada bulan Dzulqa’dah (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil Azhim, [Darut Thayyibah: 1999], juz III, halaman 468). 


Demikian beberapa peristiwa penting yang terjadi pada bulan Dzulqa’dah. Dengan mengetahuinya, semoga kita bisa terus meningkatkan ibadah dan ketaatan, serta menjauhi maksiat di bulan yang mulia ini. 


Syiar Terbaru