Ilmu Tidak Bisa Berdiri Sendiri, Pentingnya Multidisiplin Ilmu di Era Digital
Senin, 4 November 2024 | 14:18 WIB
Bandar Lampung, NU Online Lampung
Mahasiswa pascasarjana perlu mengembangkan pemahaman multidisiplin untuk dapat berpikir kritis, mendapatkan penemuan baru, dan menghasilkan kajian yang bermanfaat bagi masyarakat.
Hal itu disampaikan akademisi dari Faculty of Leadership and Management Universiti Sains Islam Malaysia (USIM), Fauziah Binti Hassan, dalam acara Studium Generale yang digelar oleh Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung, Jumat (1/11/2024).
“Ilmu tidak bisa berdiri sendiri. Mahasiswa harus menguasai dua atau tiga bidang keilmuan untuk memahami beragam platform, misalnya ilmu komunikasi dan pengembangan masyarakat,” katanya dalam acara yang bertema The Role of Communication in the Development of the Integrative Multidisciplinary Science in the Digital Era itu.
Acara yang berlangsung di Ballroom tersebut diikuti oleh mahasiswa baru S2 dan S3 tahun akademik 2024/2025, serta sejumlah mahasiswa semester tiga.
Fauziah menyampaikan pentingnya integrasi sains modern dengan ilmu Al-Quran sebagai landasan dalam membangun ilmu multidisipliner yang berimbang. "Perkembangan sains yang pesat harus diiringi dengan pemahaman keilmuan agama Islam agar nilai-nilai agama tetap menjadi dasar dalam menghadapi tantangan di era digital," ujarnya.
Ia menjelaskan, era digital menyediakan peluang besar bagi terciptanya integrasi ini, antara lain melalui akses sumber daya ilmiah yang kini lebih mudah diakses secara online.
Selain itu, menurutnya, pentingnya platform kolaboratif juga memungkinkan para akademisi dari berbagai latar belakang untuk berdiskusi dan bertukar pandangan tentang bagaimana ilmu modern dapat berpadu dengan prinsip Islam.
Fauziah juga menyinggung peran media sosial sebagai alat untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat. Menurutnya, platform seperti Twitter dan Facebook efektif untuk berbagi wawasan dan menginspirasi diskusi tentang relevansi ilmu modern dalam pandangan Islam melalui pendekatan yang lebih dekat dengan publik.
Dalam kesimpulannya, Fauziah menyerukan agar universitas di negara-negara Muslim memanfaatkan teknologi digital dalam mengembangkan generasi akademisi yang mampu menghubungkan pemahaman modern dengan ajaran Al-Quran dan Sunnah.
Ia menekankan bahwa ide integrasi multidisipliner sangat berpotensi, namun keberhasilannya sangat bergantung pada penerapan yang efektif, dukungan berkelanjutan, dan adaptasi terhadap kebutuhan serta konteks yang selalu berubah.
"Integrasi keilmuan membutuhkan pemikiran yang terbuka dan kemampuan untuk melihat suatu persoalan dari berbagai perspektif. Pandangan yang berbeda harus dihargai, dan sarjana sebaiknya mengambil pelajaran dari ide-ide pihak lain meskipun mungkin berbeda pandangan," tuturnya.
Di era digital ini, tambahnya, mahasiswa memiliki peluang untuk memanfaatkan alat dan kesempatan yang ada guna menggabungkan pengetahuan modern dengan ajaran Islam secara komprehensif yang bermanfaat bagi dunia akademik dan masyarakat luas.
Wakil Rektor I UIN Raden Intan Lampung, Prof H Alamsyah dalam sambutannya sekaligus membuka acara mengatakan, UIN Raden Intan Lampung terus berupaya mengembangkan kajian keislaman yang multidisiplin, interdisipliner, dan bahkan transdisipliner.
“Ilmu saling terkait dan memberi masukan satu sama lain. Kita harus memanfaatkan perkembangan globalisasi untuk mendalami berbagai kajian, termasuk gender dan ekonomi,” ungkapnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 3 Cara Meraih Pahala yang Setara dengan Haji bagi yang Tidak Mampu
2
Anggota DPRD Lampung Minta Dinas Pendidikan Konsisten Terapkan Jalur SPMB
3
Peluncuran CV Rich Makmur International hingga Pesantren Ramah Anak Semarakkan Harlah RMINU
4
Perkuat Peran di Bidang Kesehatan, PW Muslimat NU Jalin Kerja Sama dengan Dinas Kesehatan Lampung
5
Diikuti 46 Peserta, Muli Mekhanai Asal Bandar Lampung dan Tulang Bawang Tampil sebagai Pemenang
6
Tasyakuran Harlah Ke-71 RMINU, PWNU Lampung Harap Pesantren Jadi Basis Penjaga Nilai Kebangsaan
Terkini
Lihat Semua