Lampung Timur – Maraknya fenomena radikalisme dan terorisme di Indonesia, menjadi ancaman serius, tidak hanya mengancam generasi tua, tetapi juga generasi mahasiswa, pelajar atau millenial.
Semua elemen bangsa ini, terutama keluarga besar Nahdlatul Ulama mempunyai tanggung jawab menjaga keutuhan NKRI dari oknum – oknum yang hendak merusak bingkai persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniyah).
Bagi Koordinator Bidang (Korbid) Hukum ISNU Kabupaten Lampung Timur, Nasrudin, ada beberapa upaya pencegahan radikalisme di Indonesia, disampaikannya, Jumat (18/10) siang. Pertama, penanaman nilai-nilai moderasi keagamaan (Islam wasathiyah) di kalangan generasi millenial melalui kampanye yang ramah media. Kedua, perkuat nilai-nilai dan rasa kebangsaan melalui pendidikan dan pemerataan ekonomi.
“Ketiga, adakan forum-forum dialektika (ruang publik) lintas agama dan etnis bagi generasi muda. Dan, keempat, kuasai mimbar akademik dan mimbar keagamaan dengan narasi Islam wasathiyah dan kebangsaan, ” kata dosen Fakultas Syariah IAIN Metro Lampung ini.
Di tempat terpisah, pengamat pendidikan Kabupaten Lampung Tengah, Andi Sobihin, menambahkan, peran guru di lingkungan sekolah sangat penting untuk mencegah radikalisme yang belakangan ini semakin masif di kalangan pelajar.
Melalui pembelajaran di dalam kelas, katanya, seperti mata pelajaran budi pekerti, agama atau yang berkaitan. Bisa juga memberi pelajaran khusus pendidikan anti radikalisme. “Di dalam kelas guru juga memberi sikap-sikap yang baik dan santun dalam berdialog dengan pelajar. Tentu yang ini perlu tindakan sejak dini karena akar dari radikalisme bisa muncul ditengah-tengah lingkungan masyarakat, keluarga dan sekolah,” papar mantan Ketua PC IPNU Kabupaten Lampung Tengah ini.
Sekretaris PC Fatayat NU Kabupaten Lampung Tengah, Siti Maysaroh, menambahkan, upaya pencegahan radikalisme dan terorisme dalam hal ini domain pemerintah lebih dipertegas, dan diberikan sanksi di lingkaungan ASN.
“Mimbar pengajian rutin di kalangan kantor – kantor pemerintahan diisi oleh penceramah yang membawa kesejukan, Islam yang membawa rahmat, bukan isi ceramah yang menentang pemerintah dan menebar kebencian,” katanya.
(Akhmad Syarief Kurniawan)