DEWASA ini, di zaman serba mudah dengan kemajuan teknologi, membuat semua orang bisa mendapatkan ilmu dengan cepat dan mudah melalui teknologi, tanpa perlu lagi bersusah-susah belajar langsung kepada ulama atau kyai.
Anggapan yang demikian masih marak kita jumpai di sebagian kalangan umat Islam. Padahal, apa yang mereka dapatkan dari dunia maya itu belum tentu bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, namun justru dapat mempengaruhi pola pikir kita.
Hal itu yang menggelitik benak Pengasuh Ponpes Al Anwar Purworejo Jawa Tengah, KH.R.Abdul Hakim Hamid saat mengisi tausiah di kantor PWNU Lampung beberapa waktu yang lalu.
Menurutnya, saat ini banyak umat islam yang jauh dan tidak percaya lagi dengan ulama. Mereka tidak lagi mau mengikuti amalan-amalan ibadah yang diajarkan atau dilaksanakan oleh para ulama. Jangankan umat yang awam, bahkan para kiyainya pun saat ini sudah banyak yang tidak mau mengikuti para ulama.
“Kalau mereka, umat Islam tidak lagi mau mengikuti ulama, tidak mau menjalani apa yang dijalankan oleh ulama, nanti kalau ulamanya masuk surga, terus kita mau kemana??,” katanya.
Lebih lanjut, kyai yang biasa disebut Raden tersebut menjelaskan bahwa kedudukan ulama itu adalah pewaris serta penerus da`wah nabi Muhammad.
“Atas jasa para ulama kita semua bisa memahami Alquran, hadist maupun syariat islam dengan baik. Akan tetapi yang terjadi zaman sekarang justru umat Islam banyak menyebut para ulama terdahulu mengajarkan kesalahan, menganjurkan sesuatu yang sejatinya tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad dan lain sebagainya. Seperti amalan keseharian warga NU yakni tahlilan, manaqiban, maulid maupun barzanji.”
“Kita harus taqlid atau ikut dengan ulama, selagi kapasitas keilmuan kita belum mumpuni atau sederajat dengan para ulama terdahulu. Jangan sampai karena kita memiliki sedikit pengetahuan tentang Islam terus kita menuduh sesat ulama salaf, menyebut bid`ah apa yang beliau-beliau ajarkan. Itu tidak dibenarkan. Sebab ilmu kita tidak sebanding dengan keilmuan ulama-ulama itu,” jelasnya. (Sunarto)