Semarang - Budayawan Mustofa Bisri alias Gus Mus, menyatakan, saat ini kita mesti mengaji kebangsaan kembali, meskipun kebangsaan sudah menjadi darah dan nadi seluruh kita. * Di desa-desa, oleh kiai kampung sudah biasa ditanamkan hubbul wathon minal iman, "katanya.
Dies Natalis Universitas Diponegoro (Undip) ke-62 yang sedimarakkan dengan gelar "Ngaji Kebangsaan" dengan tema "Merawat Indonesia melalui Tadarus Budaya". Kegiatan ini dilaksanakan di Lapangan Widya Puraya, Kampus Tembalang., Semarang, Selasa (15/10).
Hadir dalam acara tersebut Rektor Undip Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH., M.Hum, Sekda Provinsi Jateng Sri Puryono, Wakil Rektor, para Ketua Senat Universitas, Dekan, Ketua LPPM, dan para undangan lainnya.
Kiai yang juga penyair itu diungkapkan, bagi para kiai kampung, kebangsaan dimetaforakan ibarat rumah kita yang memiliki dimensi fisik dan spiritual. Rumah bukan saja sebagai tempat berteduh, tetapi juga arena rapat dan tempat berbagi pengalaman, ilmu dan tentu saja terima kasih antar anggota keluarga, ”ujar kiai kharismatik asal Rembang itu.
Sang kiai menambah, rumah adalah bangunan yang memiliki fungsi tempat tinggal dan tempat mendukung suatu keluarga. Bukan hanya itu, rumah adalah arena yang menciptakan kesenangan, kehangatan, dan kebahagiaan dalam hati. Suasana kebangsaan sudah ada di rumah kita masing-masing.
Gus Mus setuju, keberagaman sudah ada sejak dulu. Di contohkannya, salah satu ciri khas orang Indonesia dulu, memiliki sumur dan kendi yang berisi udara di depan rumah. “Orang dulu membuat sumur di depan rumah, kemudian menyediakan kendi yang berisi air yang dikeluarkan dengan maksud, jika ada orang yang lewat bisa membasuh muka dan minum,” papar Gus Mus.
Kegaduhan yang ada saat ini, lanjutnya, karena banyak orang lupa, jika Indonesia ini merupakan rumah kita bersama. Jika antarindividu, kelompok dan semua elemen saling menghargai, negara akan tentram, rukun dan damai.
“Jadi, suasana hangat, nyaman, dan bahagia harus sanggup kita jaga dengan tidak saling mendukung, tidak memaksakan kehendak, suka menuduh seenaknya dan selalu berbicara dengan hati. Undip adalah rumah kita, rumah kebangsaan kita. Maka mari rawatlah rumah ini bersama. Semoga makin jaya, ”tutup Gus Mus.
Gelar acara didahului dengan persembahan sholawatan Nurul Ilmi (SNI) Dharma Wanita Undip, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, melaporkan panitia, menyambut rektor, dan membuka gubernur. Kemudian dibaca dengan pembacaan puisi kebangsaan oleh penyair, baca tokoh di antara yang lain, penyair Kebocoran Sosiawan, Kang Putu dan Mulyohadi Purnomo, Wakil Ketua KPI Pusat. (Rls)