Oleh Rudy Irawan (Wakil ketua PCNU Bandar Lampung, dosen UIN Lampung)
Para Ulama mengingatkan kita dengan kaidah “al-harakah barakah” artinya “Bergerak adalah keberkahan”. Mari kita fahami bersama pesan tersebut secara arif dan bijaksana. Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan hidup dan mati. Hidup itu sendiri artinya adalah gerak. Selama masih ada gerakan maka berarti ada pertanda kehidupan. Tentu maknanya bisa sangat dalam. Jika Descarten filosuf Perancis mengatakan “cogito ergo sum” artinya “aku berfikir maka aku ada”, karena hakikat berfikir adalah gerakan pemikiran. Dan hasil dari gerak pemikiran adalah pemikiran, dari pemikiran melahirkan innovasi dan kreatifitas. Dan dunia ini menjadi hidup, ada gerakan atau dinamika, adalah hasil dari kreasi dan innovasi. Innovasi ini dalam bahasa Arab disebut dengan bid’ah.
Allah Rabbu l-‘Izzah menegaskan dalam QS. Al-Mulk: 2, “(Dzat) Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kalian mana di antara kalian yang paling baik amalannya...”. Pada tingkatan pemikir maka gerakan yang lahir adalah ide-ide besar yang boleh jadi akan mempengaruhi jalannya sejarah kehidupan manusia. Terlalu banhak contoh, penemu Aljabar, logaritma, dan para filosuf Muslim juga sempat menjadi “imam” dalam dunia filsafat dan pemimiran barat. Dalam bidang sains, kita tidak bisa melupakan Michael Faraday (22/9/1791-25/8/1867) kelahiran Newington Butts Inggris (wikipedia.org) yang dikenal sebagai “bapak listrik” karena berkat hasil “gerakan pemimirannya” yang diakui dunia.
Demikian juga Charles Babbabe (1791-1871) kelahiran Southwark London, yang dianggap sebagai penemu komputer pertama. Ini yang boleh jadi mengawali kemunculan teknologi komputer dan digital yang serba canggih dan multitalented dan multirecorded.
Apapun informasi atau data yang sudah diunggah, maka selama itu pula, akan terekam terus secara “abadi” atau lebih tepatnya “tak terhapuskan”, meskipun si pengunggah sudah lupa dan kehilangan jejak.
Allah mengingatkan bahwa tanda-tanda hamba-hamba-Nya yang cerdas adalah mereka yang senantiasa berdzikir mengingat Allah, baik dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, dan senantiasa berfikir tentang penciptaan langit dan bumi. Allah tidak menciptakan sesuatu yang sia-sia, Maha Suci Allah (QS. Ali ‘Imran: 191). Ini bisa kita fahami, bahwa indikator kecerdasan seseorang adalah, pertama, berfikir dan menginginkan hanya pada sesuatu yang baik dan positif. Karena uli l-albab yang dimaksud adalah kata uli artinya yang mempunyai, dan al-albab bentuk jamak dari kata lubb artinya angan, keinginan, dan fikiran hanya pada yang baik dan positif. Meminjam Ibnu Sina, adalah fitrah, yakni keinginan, angan, dan fikiran pada hang baik, benar, dan indah.
Allah menciptakan kita, hidup, rizqi, jodoh, dan mati, secara teologis memang sudah dijatah pada saat di alam azali.
Tetapi bagi Allah, apabila ingin merubah blue print dan taqdir hamba-Nya yang sudah ditetapkan di zaman azali, tentu bukan hal yang susah. QS. An-Nahl : 40 dan QS. Yasin : 82 menegaskan bahwa jika Allah menghendaki sesuatu, termasuk di dalamnya ingin merubah nasib hamba-hamba-Nya, maka Allah berfirman “adalah, maka akan ada (terjadi)” apa yang dikehendaki-Nya.
Rasulullah saw berpesan : “I’mal li dunyaaka ka annahu ta’isyu abadan wa i’mal li akhiratika ka annahu tamuutu ghadan” artinya “berbuatlah (usaha) untuk urusan duniamu, seakan-akan kamu hidup selama-lamanya, dan berbuatkah untuk urusan akhiratmu, seakan kalian mayi besok pagi”. Ini menunjukkan bahwa agar hidup kita bermanfaat janga panjang, maka mutlak kita harus bergerak, dinamis, tidak berpangku tangan menunggu rizqi Allah tanpa melakukan usaha apapun.
Memang ada ayat yang menegaskan, bahwa “seluruh makhluk Allah yang hidup di muka bumi ini, kecuali sudah ditanggung rizqinya oleh Allah”. Akan tetapi jika manusia sebagai hamba yang tidak bergerak, tidak dinamis, tidak mengupdate diri, maka seseorang selama hidupnya, dijamin rizqinya oleh Allah, melalui jalan apapun. Hal ini berbeda apabila karunia Allah pada kita berupa akal, hati, fikiran, dan kreatifitas tersebut bisa kita gunakan sebaik-baiknya, maka manfaat yang akan didapat pasti akan lebih maksimal.
Bahkan hingga orang yang menghasilan ide dan gagasan innovatif kemudian menjadi massal, seperti listrik dan komputer atau digital, maka “pahalanya” akan terus berlangsung, dan inilah yang disebut ilmu yang bermanfaat.
Mengakhiri renungan ini, mari kita ingat dan gugah hati dan fikiran kita, pesan Rasulullah saw : “Man kaana yaumuhu khairan min amsihi fahuwa raabihun, wa man kaana yaumuhuu mitsla amsihi fahuwa khasirun, wa man kaana yaumuhu syarran min amsihi fahuwa maghbuun” artinya “barangsiapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka dia adalah orang yang beruntung.
Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia termasuk orang yang merugi, dan barangsiapa hari ini, lebih buruk dari hari kemarin, maka dia termasuk orang yang tertipu”. Ada yang menyebut, terlaknat (Riwayat ath-Thabrany).
Mulaiah sekarang dari dirimu sendiri, jangan menunda-nunda dalam menjalanan amnah dan urusanmu. Berbuatlah yang terbaik, nanti Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman akan melihat hasilnya (QS. At-Taubah: 105). Yakinilah dan yakinlah, Allah SWT akan membantu, menolong, dan memudahkan niat dan usaha Anda.
Apabila Anda menghadapi kesulitan, anggaplah itu sebagai tantangan, dan pasti akan ada hasilnya. Allah a’lam bi sh-shawab.