Bulan Desember merupakan bulan yang sering terjadi hujan, sehingga banyak terjadi bencana musiman, seperti banjir dan longsor. Dalam Islam, bencana tersebut dipandang sebagai bagian dari takdir Allah dan ujian bagi umat manusia. Bencana alam seperti itu dianggap sebagai peringatan atau ujian dari Allah, yang dapat memiliki makna spiritual dan moral bagi orang yang mengalaminya.
Dilansir dari NU Online, secara aqidah, umat Islam harus meyakini bahwa bencana yang melanda masyarakat berasal dari Allah swt. Hal ini sebagaimana tercantum dalam surat An-Nisa ayat 78:
قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ
Artinya: Katakanlah, semuanya (berasal) dari sisi Allah (QS An-Nisa: 78).
Umat Islam, juga harus menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi apapun itu termasuk bencana pada hakikatnya berasal dari Allah. Hal ini menjadi bagian dari keimanan sebagai perkataan Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُؤْمِنُ المَرْءُ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
Artinya: Rasulullah saw bersabda, ‘Seseorang tidak beriman sampai ia mengimani takdir yang baik dan yang buruk (HR Ahmad).
Meski secara hakiki segala sesuatu berasal dari Allah, umat Islam tetap perlu menjaga etika atau akhlak dan cara pandang terhadap takdir. Umat Islam perlu mengembalikan bencana sebagai sesuatu yang buruk pada manusia itu sendiri sebagaimana Surat An-Nisa ayat 79:
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
Artinya: Kebaikan yang menimpamu (berasal) dari Allah dan keburukan yang menimpamu (terjadi) karena dirimu sendiri (QS An-Nisa: 79).
Rasulullah juga mengajarkan akhlak kepada sahabatnya bahwa segala yang baik berasal dari Allah. Sedangkan semua yang buruk bukan berasal dari-Nya sebagaimana hadits riwayat Muslim berikut ini:
وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ
Artinya: Seluruh kebaikan ada dalam kuasa-Mu dan keburukan tidak dinisbahkan kepada-Mu (HR Muslim).
Jadi meski semuanya berasal dari Allah, manusia dituntut untuk menyatakan akhlak perihal bencana sebagai sesuatu yang berasal dari kekhilafan, kesalahan, kekeliruan, kezaliman manusia itu sendiri. Kepercayaan terhadap takdir ini tidak menafikan kewajiban ikhtiar manusiawi.
Kepercayaan kepada takdir merupakan bentuk keimanan kepada Allah. Sedangkan secara lahiriah, manusia perlu mengevaluasi dan mengintrospeksi diri apakah perilaku individu, kultur masyarakat, kebijakan pemerintah, dan alokasi anggaran yang diambil selama ini sudah ramah lingkungan.
Maka dari itu, kita seharusya bisa menyikapi bencana alam yang datang dengan bijaksana. Memang betul segala sesuatu berasal dari Allah swt. Akan tetapi secara akhlak, manusia tidak boleh menyandarkan keburukan kepada Allah swt. Pernyataan tersebut merupakan salah satu puncak ilmu tauhid dari hamba Allah swt.