• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Warta

Wakil Ketua PP LDNU : Da’i Jangan Berpikir Liberal dan Tidak Berpikir Tekstual

Wakil Ketua PP LDNU : Da’i Jangan Berpikir Liberal dan Tidak Berpikir Tekstual
PESAWARAN – Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdalatul Ulama (PP LDNU), KH Syamsul Ma’arif memberikan empat hal terkait Unsur – unsur dalam dakwah. “Pertama, da’i. Orang yang menyampaikan dakwah. Jumlahnya lebih kecil daripada jamaahnya. Kedua, yang diajak dakwah (mad’u), baik muslim maupun non muslim. Ketiga, materi (almadah), standarisasi dakwah. Jika di MUI Pusat ada pemberdayaan penguatan potensi da’i seperti pendidikan kader ulama, mampu mempunyai semacam bank materi dakwah, seorang da’i harus kaya dengan materi dakwah,” begitu kata Kiai Syamsul di depan puluhan peserta Rapat Kerja Daerah (Rakerda) ke III MUI Propinsi Lampung dan Akademi Da’i Wasathiyah (ADW) angkatan ke II, di di Komplek Marine Eco Parks – Kawasan Brigif 4 Marinir Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung, Sabtu (23/11) lalu. Kemudian yang keempat, lanjutnya, adalah metode (thariqah), metode penyampaian dakwah. “Metode lebih penting daripada dakwah. Materi inti dalam agama Islam adalah Aqidah, syariah dan akhlaq, materi tersebut disampaikan dengan metode baik itu penting, supaya dakwahnya lebih menarik. Dai harus lebih moderat jangan berfikir liberal dan jangan berfikir tekstual atau la liberaliyan, wa la tekstualiyan. Seperti dikatakan KH Ma’ruf Amin, wasathiyah bisa bermakna adil atau sama rata,” tambah alumni Pesantren Tebu Ireng Jombang Jawa Timur dan Wakil Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat ini. Ketika berhadapan dengan masyarakat dakwah da'i juga harus kontekstual. Dai wasathiyah harus bersifat toleransi (tasamuh) dai tugas utamanya mengajak, bukan mengejek bukan menghakimi. “Setelah Dai melaksanakan ajakan pemikiran (fikrah) yang moderat (wasathiyah) kemudian harus melakukan gerakan (harakah), bukan mabni sukunun,” tambah alumnus Program Doktoral UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. “Seorang da’i yang baik juga harus bisa menempatkan kalimat yang baik untuk ditempatkan di tempat yang baik. Dakwah yang disampaikan harus teduh, konsisten menjaga keutuhan NKRI dan dunia,” tutup Dosen Pascasarjana Univeritas Asy Syafi’iyah Jakarta. (Akhmad Syarief Kurniawan)


Editor:

Warta Terbaru