PRINGSEWU - Dalam berdakwah menyebarkan agama Islam di Nusantara, para ulama terdahulu menggunakan metode yang sangat jitu, yakni dengan memperhatikan kondisi sosial budaya sehingga mudah diterima di masyarakat.
"Metode ini bagus dan sudah teruji kebaikannya, dan tugas kita sekarang adalah menjaganya," tegas Kyai Muhammad Hafidz pada acara ngaji ahad pagi (Jihad Pagi) di Gedung NU Kabupaten Pringsewu, Ahad (29/11).
Kyai Hafidz menambahkan bahwa metode para Wali Songo dan ulama Nahdlatul Ulama lebih berprinsip kepada penyelamatan umat dengan mengamalkan hal hal yang ringan-ringan serta tidak menyalah-nyalahkan budaya yang ada.
"Beda dengan zaman sekarang, yang dengan mudahnya kelompok tertentu menyalahkan amaliyah- amaliyah warisan para ulama terdahulu. Sedikit-sedikit haram, sedikit-sedikit bid’ah. Sampai membaca Qur`an, Shalawat, Tahlil semua disalahkan," ujarnya.
Menurut Kyai Hafidz, orang yang gampang membid’ahkan sama saja tidak mau mengamalkan Quran. "Kalau semua tidak diperbolehkan, lalu amalannya mau apa?" katanya heran.
Oleh karena Itu, Kyai Hafidz yang merupakan pengajar di Pondok Pesantren Nurul Ulum Tulungagung Pringsewu mengajak semua muslim untuk senantiasa menggunakan pola-pola dakwah yang tidak kaku dan dapat dengan baik diterima orang lain. (Muhammad Faizin)