Warta

Menyejahterakan Manusia Melalui Kesejahteraan Hewan

Selasa, 23 September 2014 | 03:23 WIB

[caption id="attachment_325" align="alignnone" width="515"]mensejahterakan hewan dok.disnakkeswan.go.id[/caption] Oleh : Drh. Sunanjak Agung Wiwoho (Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian PWNU Lampung ) Hewan merupakan mahluk yang mempunyai persamaan dengan manusia. Hewan merasakan lapar, haus, berkelamin, hidup berkelompok, dan sebagainya. Dalam surat Al An’am ayat 38 Allah berfirman yang artinya: Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayap-sayapnya, melainkan umat-umat juga seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam alkitab, dan kepada Allah-lah mereka dihimpunkan. Hewan ternak merupakan ciptaan Allah yang diperuntukkan bagi manusia untuk diambil manfaatnya sebagai kendaraan ataupun dijadikan sebagai makanannya. Allah berfirman dalam surat Al Mu’min ayat 79 yang artinya: Allah-lah yang menjadikan binatang ternak untuk kamu, sebagiannya untuk kamu kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan. Dalam surat lain diterangkan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk memakan rizki berupa binatang atau ternak yang diberikan kepada manusia. Dalam memerintahkan manusia tersebut di atas Allah juga memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan ketentuan binatang yang boleh dimakan. Firman Allah surat Al An’am ayat 145: Katakanlah tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai atau darah yang mengalir atau daging babi. Karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dengan demikian, kewajiban manusia atas nikmat Allah yang diberikan kepadanya adalah bersyukur. Firman Allah dalam surat Yaasin ayat 71-73 yang artinya: Tidaklah mereka memperhatikan bahwa Kami telah menciptakan binatang-binatang untuk mereka dengan kekuasaan Kami, lalu menjadi milik mereka? Kami mudahkan bagi mereka mempergunakan binatang-binatang ternak itu diantaranya untuk jadi kendaraan mereka dan sebagian untuk makanan(dagingnya). Selain itu banyak lagi manfaatnya (kulit, bulu, tulang dan sebagainya) begitu pula air susunya untuk diminum. Mengapa mereka tidak berterimakasih?. Bersyukur kepada Allah dapat berupa ucapan yaitu dengan memuji Allah dengan bertasbih tahmid dan takbir. Rasa syukur juga bisa berupa tindakan dalam hal ini yaitu dengan mengaplikasikan prinsip manusia mriga satwa sewaka, yaitu menyejahterakan manusia melalui kesejahteraan hewan terlebih dahulu. Tindakan untuk menyejahterakan hewan mempunyai pengertian utamanya adalah membebaskan hewan dari rasa haus, lapar, sakit, tidak aman dan tidak nyaman dari sejak waktu dipelihara sampai waktu akan dilakukan pemotongan untuk dimakan. Implikasi dari rasa syukur kepada Allah akan terpulang kembali kepada manusia. Manusia yang melakukan tindakan syukur tersebut akan memperoleh tambahan nikmat dari Allah dan jauh dari azab Allah yang pedih. Hal ini disebabkan hewan atau ternak akan merasa diperhatikan. Hidupnya senang tidak kekurangan makanan, minuman, terhindar dari bahaya yang mengancam dirinya, seperti terpeleset atau jatuh, dicuri, terhindar dari hewan liar yang akan memangsanya, jika sakit selalu diobati dan lain-lain. Apabila hewan atau ternak tersebut sudah dalam kondisi yang dinginkannya, secara otomatis hewan akan bertambah dagingnya dan berkembang biak dengan baik yang sesuai diinginkan pemiliknya. Nilai tambah dari hewan atau ternak tersebut menjadi kemakmuran pemiliknya. Ternak akan berharga tinggi jika ternak tersebut sehat, gemuk dan tidak cacat. Pada hari raya tertentu terutama dalam hari raya Idul Adha, Nabi Muhammad saw bersabda: Pilihlah yang besar hewan qurbanmu, sebab hewan-hewan qurbanmu sebagai kendaraanmu melintas di akherat nanti. Sabda Nabi ini menuntut pemilik ternak untuk berlomba dalam mencapai hewan qurban yang diinginkan atau dianjurkan Nabi kepada umatnya. Jika pemilik ternak sudah menerapkan tindakan syukur tersebut, maka peternak tersebut hidupnya akan lebih makmur karena harga ternaknya akan meningkat lebih tinggi dari biasanya, karena ternaknya lebih sehat dan gemuk. Selain itu kepercayaan kualitas terhadap hasil ternaknya dari orang yang menggunakan manfaatnya bertambah banyak. Peternak yang tidak mau bersyukur atas nikmat Allah dengan melaksanakan prinsip manusia mriga satwa sewaka maka tidak dipungkiri akan mengalami kerugian karena ternaknya akan kurus dan sakit-sakitan. Sikap itu tidak akan menghasilkan nilai tambah pada hewan, bahkan sebaliknya menurun nilainya sehingga harganyapun menjadi lebih rendah. ***