Warta

KH Ahmad Bagdja, Kiai yang Selalu Mendorong Warga NU Miliki Impian Besar

Kamis, 6 Februari 2020 | 08:23 WIB

JAKARTA - KH. Ahmad Bagja berpulang ke haribaan Illahi, Kamis (6/2/2020) dinihari. Kepergiannya merupakan kehilangan besar untuk keluarga besar Nahdlatul Ulama.

Sepanjang hidupnya, kiai yang lahir di Kuningan, Jawa Barat 1945 ini mengabdikan diri untuk Nahdlatul Ulama.

KH. Ahmad Bagdja dikenal sebagai Ketua Umum PMII periode 1977-1981. Selain itu ia juga pernah menjadi Ketua Umum Dewan Mahasiswa IKIP Jakarta, Ketua Badan Koordinasi Senat-senat Mahasiswa IKIP se-Indonesia (1970), dan Sekjen PBNU pada periode kedua kepengurusan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tahun 1989-1994.

Almarhum KH Ahmad Bagja dikenal dengan pemikiran-pemikirannya yang elegan. Ia sangat ingin agar NU tetap maju. Dan selalu berbuat lebih untuk menjadikan NU lebih baik.

Dalam banyak kesempatan, Mustasyar PBNU ini selalu mengatakan bahwa pengurus dan warga NU harus mempunyai impian besar.

“Dengan impian yang besar, masalah-masalah yang dihadapi akan terlihat kecil. Sebaliknya, jika memiliki impian kecil, masalah kecil pun akan terlihat besar,” ungkap KH Ahmad Bagja.

Menurutnya, bila menginginkan NU menjadi besar, jangan memikirkan sisi kurang baik dari NU, tapi pikirkankanlah kebaikan yang ada pada NU.

“Harus kita syukuri juga kita menjadi orang NU. Kita harus memikirkan bagaimana menjadi orang NU yang baik dan berupaya menjadikan NU lebih baik lagi,” katanya dikutip dari transisinews.com.

Mantan Sekjen PBNU ini juga selalu mendorong generasi muda untuk menjadikan IPNU, IPPNU, PMII, GP Ansor sebagai proses untuk mendidik diri. Demikian juga dengan menjadi anggota dan pengurus NU agar dijadikan proses mendidik diri masing-masing.

“Kaderisasi itu adalah seluruh proses kita dalam berorganisasi di mana pun kita berada. Totalitas kita di situ itulah kaderisasi yang sebenarnya. Itu diwujudkan ketika misalnya menjadi panitia kita menjadi yang terbaik, mencapai yang terbaik,” terangnya.

Ia meyakini kebaikan-kebaikan semacam itu memudahkan hidup. Energi kebaikan menjadi modal besar dan sekaligus sebagai kekuatan.

“Kalau kita berpikir kita ini biasa saja, seribu kali kita mendengar nasihat atau dorongan orang untuk maju, kita akan biasa-biasa saja. Yang membuat kita luar biasa adalah diri kita sendiri,” tuturnya. (trn/saf)