YANG jelas ini bukan tentang lagunya Cita Citata “Gegana” Gelisah-Galau-Merana tapi ini tentang cerita di keluarga kecil kami beberapa hari belakangan ini. Ternyata di penghujung Ramadhan kali ini kami mempunyai kegelisahan masing-masing, yang akhirnya kok kalo dipikir-pikir dan dinikmati, ya asyik juga.
Daripada tiap hari ngebahas berita-berita politik, korupsi, Pilkada, KPK, atau para pejabat daerah yang sitiap sore menjelang Magrib selalu nongol di televisi ngucapin Selamat Berbuka Puasa, walau mungkin mereka juga tidak tahu kita berbuka pakai menu apa hari ini. Mendingan saya mencoba mengajak ngobrol putriku satu-satunya, juga istriku yang akhir-akhir ini suka mengeluh.
* Kegelisahan Sarah
Sarah nama anakku satu-satunya (paling tidak untuk saat ini), Alhamdulillah dia baru lulus SD tahun ini. Waktu terasa cepat sekali berputar, perasaan baru kemarin aku daftarin dia ke Sekolah Dasar, mengantar-jemput ke sekolah tiap hari, mengajaknya berenang kala senggang di Minggu pagi. Kini tak terasa itu sudah berlangsung selama 6 tahun. Artinya sekarang dia mulai memasuki gerbang Sekolah Menengah Pertama, yang kalau memakai istilahnya dia sekarang ini anakku sudah mulai beranjak remaja.
Sebenarnya ada perasaan yang hilang. Dia yang kemarin adalah anak gadis kecil kami, sekarang dia merasa sudah bukan anak kecil lagi. Tapi bagi kami dia tetep anak kami yang manis, dan kami tetep memperlakukannya sebagai anak, sekaligus teman ngobrol.
Nah, karena itu kami mulai memberikan kesempatan kepadanya untuk mulai menatap masa depannya sendiri yaitu dengan memberikan kebebasan padanya untuk memilih sekolah mana yang akan ditempuhnya. Pertama dia memilih untuk melanjutkan ke MTs Negeri 2. Karena kebetulan seleksi masuk MTs Negeri 2 untuk kelas unggulan berlangsung lebih awal maka Sarah pun mengikuti berbagai tes dan seleksi, dan Alhamdulillah dia diterima untuk kelas unggulan.
Tapi bukan berarti permasalahnnya selasai. Permasalahan yang bikin dia galau, termasuk kami orang tuanya adalah ketika dia juga mencoba ikut seleksi PPDB dengan pilihan SMP Negeri 1, SMP Negeri 2, dan SMP Negeri 4 dan ternyata di sekolah ini pun dia diterima. Galaukan jadinya dia, bingung untuk menentukan pilihan, karena semua sekolah tersebut adalah sekolah-sekolah yang sangat baik. Lha kami yang orang tuanya saja galau apalagi dia.
Akhirnya kami harus demokratis dengan memberikan tanggung jawab kepadanya untuk menentukan pilihannya, tentu saja setelah kami mencoba untuk memberikan masukan dan pertimbangan-pertimbangan. Ok, satu kegalauan akhirnya berhasil dilewati.
** Galaunya Istriku
Bukan rahasia lagi kalo setiap Ramadhan tiba atau menjelang Lebaran, maka para istri/ibu lah yang paling merasa repot, terutama repot dalam hal mengurus budget. Bagaimana tidak, karena tiba-tiba saja di rumah yang biasanya kalau makan cukup pake sambal, lalapan, sama ikan asin, kini seakan-akan suatu keharusan yang namanya dessert, entah itu sop buah, kolak, cendol, gorengan, atau minimal Sirup ABC harus ada di meja.
Saya juga tak tahu mengapa harus seperti itu, padahal Rosullulloh tidak pernah tuh menyuruh kalo buka puasa harus ada gorengan sama sop buah, yang ada Rasullulah mencontohkan berbuka pake tiga butir korma dan air putih. Tapi bukan berarti istri saya salah, justru saya memuji dia yang sudah rela bersusah payah menyiapkan menu berbuka dan makan sahur.Saya tahu pasti dia harus memutar otak mensiasati budget yang ada biar cukup. Karena saya yakin tujuan dia semata-mata agar anak dan suami senang.
Lanjut tentang kegalauannya, kalau teman-temannya yang lain mungkin sedikit terhibur karena dapat THR dari kantor atau gaji ke 13-14, sementara istri saya gak ada tuh jatah-jatah THR baik dari kantor maupun dari saya. Ya udah THR-nya dari Gusti Allah saja, caranya ya dengan banyak-banyak berdoa dan bekerja biar rezekinya ditambahin.
Nah, Ramadhon kali ini kan kebetulan berbarengan dengan anak saya, si Sarah yang harus daftar ulang masuk sekolah. Jadi harus ada pengeluaran ekstra untuk seragam, buku-buku, uang gedung dll. Maka pengeluarannya juga ektra nambah, makanya istri bilang kalo kue lebarannya yang sederhana saja, untuk baju lebaran kan masih banyak baju-baju lama yang masih bagus dan pantas (walau aku tahu watak dia, pasti istriku sudah nyiapin baju baru untuk kami). Ok untuk yang satu ini kami deal, setuju…jadi kegalauan istri hilang satu.
*** Kegalauan Saya
Nah kalau ini jadinya kayak curhat ya…
Kegalauan pertama sudah hilang, yaitu bisa melihat anak dan istri tersenyum, hhmmm….
Kegalauan selanjutnya, terus terang saya agak dongkol sama yang namanya THR. Kenapa? Pertama karena sudah 4 tahun saya tidak pernah dapat THR karena saya sudah Resign dari kantor! Yang ada justru tiap tahun saya harus meras otak dan ngumpulin duit untuk bayar THR! Alhamdulillah kan….
Kedua, nih masih tentang THR. Kenapa ya kalo setiap menjelang lebaran tiba-tiba banyak orang yang merasa berhak untuk menerima THR, padahal dia karyawan saya bukan, kenal enggak, pernah bantu-bantu juga tidak, saudara juga bukan. Tiba tiba saja yang namanya Perkumpulan Pemuda, Organisasi Anu, Sekuriti, pengurus ini- itu, datang mulai dari yang datang dengan muka manis senyum simpul sampai yang sok jual tampang seram, datang cuma minta THR!. Ada lagi yang keterlaluan, yaitu orang Kelurahan yang datang dengan seragam keren sambil membawa map yang isinya proposal THR lengkap dengan surat ber Kop dan berstempel.
Bagaimana tidak keterlaluan, wong jelas-jelas Men PAN-RB maupun Pemda mengeluarkan edaran kalalu PNS dilarang menerima parcel atau gratifikasi. Lha ini malah terang-terangan minta THR. Gemblung ora? Apa gak takut dilaporin KPU eh KPK tuh….( Coba bandingkan dengan bapak saya yang petani, seumur-umur gak pernah tuh dipikirin oleh pemerintah tuk terima THR!).Tapi Alhamdulillah untuk THR karyawan Insya Allah bisa dibagikan.
Kewajiban berikutnya ialah Zakat Fitrah. Kalo yang satu ini mah Wajibbb…jangan sampai gak terbayarkan, dosa hukumnya. Tapi yang tiba-tiba bikin saya galau, ketika saya mau bayar zakat, teringat ternyata lha untuk kedua orang tua saya malah belum ngasih apa-apa buat lebaran…Astagfirrulloh….maaf ya bapak, mamak…insyaallah nanti pas lebaran ya, karena saya mudiknya H-1.
Oh ya, saya kira galau-galauannya cukup sampai disini saja, saatnya kita bergembira karena sebentar lagi lebaran, tinggal kita tingkatkan kembali kualitas nibadah dan puasanya dibeberapa hari terakhir ini. Dan jangan lupa untuk saling memaafkan, terutama kepada orang yang kita merasa pernah berbuat salah, apalagi kepada kedua orang tua, wajib hukumnya. Selamat menunaikan ibadah puasa, Minal Aidzin Wal Faaidzin, mohon maaf lahir dan batin.
Bandar Lampung, 2 Juli 2016
Amran bloO pinK/alumni PMII Unila
/em