Warta

Curhat Prilaku Suami Pada Orang Lain, Bolehkah ?

Sabtu, 23 Juni 2018 | 08:09 WIB

MASALAH kerap muncul dalam setiap kehidupan berumah tangga. Permasalahan tersebut terkadang menimbulkan perasaan marah, sedih, jengkel sehingga suami atau istri mencurahkan isi hati atau curhat ke orang lain. Biasanya, seorang laki-laki lebih dapat memendam perasaannya. Berbeda dengan sebagian kaum wanita yang kadang memerlukan orang untuk curhat. Bagaimanakah sebenarnya hukum curhat tentang suami kepada orang lain? Lebih baik sharing langsung dengan suaminya, namun demikian bila tidak memungkinkan boleh meminta saran pada orang yang kita anggap dapat memberi solusi terbaik dan alangkah bijaknya bila nama suami (obyek yang dijadikan pembahasan) tetap disembunyikan. الثالث : الاستفتاء ، بأن يقول للمفتي : ظلمني ، أبي أو أخي ، أو فلان بكذا ، فهل له ذلك ، أم لا ؟ وما طريقي في الخلاص منه وتحصيل حقي ودفع الظلم عني ؟ ونحو ذلك. وكذلك قوله : زوجتي تفعل معي كذا ، أو زوجي يفعل كذا ، ونحو ذلك ، فهذا جائز للحاجة ، ولكن الأحوط أن يقول : ما تقول في رجل كان من أمره كذا ، أو في زوج أو زوجة تفعل كذا ، ونحو ذلك ، فإنه يحصل به الغرض من غير تعيين ، ومع ذلك فالتعيين جائز ، لحديث هند الذي سنذكره إن شاء الله تعالى ، وقولها : ” يا رسول الله ، إن أبا سفيان رجل شحيح..” الحديث ، ولم ينهها رسول الله (صلى الله عليه وسلم). Dalam rangka meminta saran/nasihat Misalkan seseorang yang mengatakan : “Ayahku atau Saudaraku atau si Anu menganiaya diriku, apa tindakan tersebut berhak ia lakukan ? Bagaimana caraku keluar dari masalah ini ? Bagaimana aku dapat memperoleh hak-hakku ?” Dan sebagainya.Yang demikian diperbolehkan karena ada kepentingan menggunjingya, namun sebaiknya untuk berhati-hati sebaiknya dalam rangka meminta saran ini tidak dikatakan pelakunya secara langsung semisal dengan pernyataan : ”Bagaimana pendapat anda tentang seorang lelaki yang melakukan semacam ini ?” ”Bagaimana pendapat anda tentang seorang suami atau istri yang melakukan semacam ini ?” dan semacamnya karena tujuan meminta saran dengan perkataan semacam inipun bisa ia dapatkan, meskipun penyebutan pelaku secara langsung juga diperbolehkan berdasarkan hadits dari Hindun ra saat ia meminta saran dari Nabi shallallaahu alaihi wasallam dengan berkata “Wahai rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan lelaki pelit.. dst” dan Nabi pun tidak melarangnya. [Al-Adzkaar Li an-Nawaawy I/340 ]. (Disampaikan Oleh Ustadz Masaji Antoro/Sumber : Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah-KTB     Gambar : Google Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam setiap kehidupan berumah tangga pasti ada permasalahan – permasalahan yang timbul. Permasalahan tersebut terkadang menimbulkan perasaan marah, sedih, jengkel sehingga suami atau istri mencurahkan isi hati atau curhat ke orang lain. Biasanya, seorang laki-laki lebih dapat memendam perasaannya. Berbeda dengan s


Terkait