Dalam hidup ini, banyak jalan menuju Allah swt, bisa dengan ketakwaan, yakni menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Salah satunya yakni menyesali perbuatan jeleknya (maksiat).
Syekh Ibnu Atha'illah As-Sakandari dalam kitab Al-Hikam berkata bahwa merasa hina karena melakukan maksiat dan meminta pertolongan Allah itu bisa mendekatkan diri kepada-Nya. Dan itu lebih baik daripada melakukan ketaatan, tetapi justru merasa sombong.
معصية اورثت ذلا وافتقارا خير من طاعة اورثت عز واستكبارا
Artinya: Kemaksiatan yang membuahkan perasaan hina dan merasa butuh kepada Allah lebih baik dari pada ketaatan yang membuahkan perasaan terhormat dan kesombongan.
Baca Juga
Keutamaan dan Tata Cara Shalat Taubat
Pernyataan tersebut menjadi penjelas, bahwa seseorang yang melakukan dosa kemudian merasa hina, lalu bertaubat kepada Allah, maka akan masuk surga. akan tetapi, jika ia ahli ibadah tetapi sombong dengan ibadahnya, merasa suci, maka ia seperti iblis, dan akan dimasukan ke dalam neraka.
Adapun tanda-tanda taubatnya orang yang berdosa dan diterima oleh Allah swt adalah:
1. Dia menjauhi kawan-kawannya yang jahat, yang menyebabkan dia mendapatkan percikan laknatnya Allah swt.
2. Mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian.
3. Bersungguh-sungguh taat kepada Allah swt. Melaksanakan ibadah-ibadah yang dulu pernah ditinggalkannya, seperti pernah meninggalkan shalat 5 waktu. Dan akhirnya menggantinya (qadha). Sama halnya juga ketika pernah meninggalkan puasa dan memiliki hutang.
Ketaatan kepada Allah akan menjadi mulia, karena isinya adalah ubudiyah (kehambaan). Maka apabila kita berbuat ketaatan dan merasa menjadi hamba Allah, merasa hina diri kita, serta merasa butuh akan Allah, inilah taat yang diterima Allah swt.
Baca Juga
2 Cara Bertaubat dari Dosa
Sedangkan maksiat itu menimbulkan dosa. Sedang dalam dosa itu ada ingkar kepada Allah, ada kesombongan, dan mendatangkan siksa. Jadi bukan dosanya dan bukan ketaatannya yang dipandang hakiki oleh Allah. Tapi isi setelah taat maupun dosa.
Seperti kalau perbuatan taat namun, isinya keangkuhan, kesombongan dan ujub, maka tidak akan punya arti apapun di sisi Allah. Begitupun perbuatan dosa, tapi isinya kehinaan setelah dia berbuat dosa, penyesalan dan berhajat perlindungan kepada Allah, maka dosa ini menyebabkan dia diridhai oleh Allah swt.
Yulia Ulfah, Alumni Ashidiqiyah islamic college 93