Warta

Perlunya Berorganisasi dan Pentingnya Memilih NU

Selasa, 6 September 2016 | 11:17 WIB

BANYAK pertanyaan yang barangkali muncul di dalam pikiran manusia, baik saat senang ataupun sedih. Hal itu sanglah wajar, karena manusia adalah makluk yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan Allah lainnya. Kesempurnaan manusia tersebut tak luput dari akal dan nafsu yang diberikan secara bersamaan. Akal dipergunakan untuk berfikir dan nafsu dipergunakan untuk melakukan hal apapun yang manusia mau, begitulah seterusnya. Di luar daripada kesempurnaan tersebut, manusia juga memiliki fitrah sebagai mahluk sosial. Istilah sederhananya, manusia tidak bisa memisahkan hidupnya dengan manusia lain yang hidup bermasyarakat (zoon piliticon). Hidup bermasyarakat akan membuat manusia sanggup menyelaraskan peranan dan pandangan sebagai mahluk sosial (homo sosialis). Identifikasi tersebut menunjukan bahwa manusia tidak bisa mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi memerlukan kekuatan orang lain dalam memenuhi segala kebutuhannya. Sebab, pada dasarnya manusia diciptakan sebagai mahluk yang lemah. Oleh karena itu tak pantas, manusia menyombongkan diri dengan mengatakanĀ  ā€œTidak butuh manusia lainā€. Begitu juga dengan Agama Islam, agama fitrah yang berintikan aqidah, syariah, dan ahlak. Mengatur hubungan manusia dengan dengan tuhannya (habluminnallah), mengatur hubungan menusia dengan sesama dan antara mahluk dengan mahluk lainnya. Begitulah ruh yang dapat dijadikan manusia dalam membangun peradaban. Peradaban perjuangan atau dakwah bagi seseorang yang beragama Islam adalah menghidupakan ajaran ibadah dan jihad karena sesungguhnya hidup itu demikian adanya. Hidup tanpa aqidah dan perjuangan bagaikan tubuh tanpa ruh, berarti hidup itu hanya makan, minum, tidur, buang hajat, dan kawin. Istilah Alquran disebut  لهؤ ؤلعب(sia-sia dan main-main) Berjuang dalam menghidupkan ajaran memerlukan sebuah wadah/organisasi. Hal itu dikeranakan agar apa yang kita lakukan bisa teroganisir, terstruktur dan terencana. Maka penting bagi organisasi hadir untuk menjadi wadah dalam berjuang dan berdakwah. Bahkan Syaidina Umar R.A mengatakan bahwa tidak ada kekuatan besar dapat dibangun kecuali dengan berjama’ah/berorganisasi. Dan tidak ada jamaah/organisasi kecuali dengan adanya pemimpin yang baik, tidak adapula pemimpin yang baik kecuali dengan adanya ketaatan dari yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, perlu bagi manusia untuk berorganisasi/berjamaah berkumpul dalam suatu wadah menyamakan persepsi untuk berjihad menegakan kalimat Allah. Harapannya manusia bisa memaknai bahwa umur yang diberikan Allah bukanlah sekedar deratan waktu, tetapi sejauhmana kita mempu mengisi dan memberikan arti dalam hidup ini. Pentingnya Memilih NU Melihat geliat dan pentingnya hidup berorganisasi bagi umat Islam, maka KH Hasim Asy’ari dan ulama-ulama lainnya berinisaasi mendirikan Nahdalutul Ulama. Nahdalutul Ulama atau yang lebih akrab oleh masyarakat adalah NU merupakan organisasi yang berdiri pada tanggal 16 Rajab 1334 H saat itu bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1926 M di Surabaya. NU adalah organisasi gerakan keagamaan dan sosial kemasyarakatan terbesar di Indonesia yang menganut faham Ahlusunnah Wal Jamaah. Pandangan Ahlisunnah Wal Jamaah berpegang teguh pada prinsip tawassuth (moderat), tasamuh (seimbang), dan I’tidal (tegak) serta tasyawur (musyawarah/dialog). Apabila diimplementasikan maka ajaran ini akan menuju pada satu pintu, yakni Islam Rahmatan Lil’alamin. Banyaknya jenis organisasi Islam tentu harus membuat kita selektif memilah serti memilih memantapkan diri bergabung, gejolak banyaknya organisasi Islam seringkali di warnai dengan perbedaan, baik perbedaan pemahaman bahkan perbedaan dalam pengamalan. Perbedaan pegamalan ajaran Islam yang terjadi tentu memunculkan perpecahan dan peperangan. Misalnya saja hancurnya gedung WTC New York yang dituduhkan dilakukan oleh kelompok Islam garis keras (Al-Qaeda dan Tahliban) seolah semakin menjadikan tren radikalime Islam menjadi wacana mengglobal sehingga berimplikasi pada sikap kecurigaan masyarakat dunia, terutama nagara-negara barat sekaligus Amerika Serikat terhadap gerakan Islam (Bahri Samsul: 2004) Meski Indonesia merasa aman terhadap tuduhan tersebut akan tetapi tak mengurangi antisipasi kita dalam membingkai agama melalui rasa cinta terhadap Negara (hubbul Wathon minali iman). Hal inilah menjadi alasan betapa pentingnya NU menjaga Indonesia, sebagai organisasi gerakan keagamaan dan sosial kemasyarakatan NU tak menjadikan Indonesia sebagai negara bersyareat Islam akan tetapi secara tidak langsung Indonesia sudah menerapkan syareat Islam. Wallauhuallam (Imam Mahmud/berbagai sumber).