Sebagaimana yang diketahui, ilmu adalah cahaya dari Allah SWT. Dengan ilmu, seseorang lebih bisa menyempurnakan sistem pengendali nafsunya dan siap mementahkan gangguan-gangguan syetan, sehingga memudahkannya untuk meniti jalan yang lurus.
“
Dan orang-orang yang berilmu berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu itulah yang benar dan menunjukkannya kepada jalan tuhan yang maha perkasa lagi maha terpuji” (as-Saba’ 6).
Di ceritakan dari Abi Huroiroh ra. Rasulullah saw bersabda, “
Barang siapa meniti jalan mencari ilmu, maka dengan ilmu itu Allah akan memasukkannya kejalan menuju surga”.
Jelasnya, Allah SWT mengangkat tinggi-tinggi derajat orang-orang yang berilmu. Sebab. karena dengan ilmunya, manusia dapat berusaha menyelamatkan dirinya, keluarganya, lingkungan sekitarnya dan masyarakat pada umumnya dari lembah-lembah maksiat.
Demikian ini karena seseorang yang hatinya dimasuki cahaya (nur) oleh Allah SWT, akan mampu mengendalikan syahwat nafsunya dan mengarahkannya kepada prilaku yang baik dan terpuji, juga menuntunnya untuk tidak menerjang larangan-larangan Allah SWT, tidak bermalas-malasan dalam menjalankan perintah-perintah-Nya, mampu mengatur waktu dan mengoptimalkannya dalam berbuat hal-hal yang bermanfaat, baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain.
Bahkan hal-hal yang semestinya tidak terlihat olehnya, menjadi tampak nyata dalam pandangan hatinya, karena adanya cahaya didalamnya. Sehingga ia bisa menerima kebenaran ajaran Rasulullah SAW dan mampu merasakan adanya Allah yang maha ghaib.
1. Keutamaan Ilmu dan Orang-orang yang Berilmu
Dalil Al-Qur’an
Dalil-dalil tentang keutamaan ilmu dan orang-orang yang berilmu banyak sekali di sebutkan di dalam Al-Qur’an, diantaranya adalah ;
شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Artinya ; “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana ”. (QS. Ali Imron. 3: 18)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya ; “ Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan “. (QS. Al-Mujadalah. 58 : 11)
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
Artinya ; “ Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran ”. (QS. Az-Zumar. 39: 9)
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Artinya : “ Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun “. (QS. Fathir. 35: 28)
وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَسْتَ مُرْسَلا قُلْ كَفَى بِاللهِ شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَمَنْ عِنْدَهُ عِلْمُ الْكِتَابِ
Artinya ; “ Berkatalah orang-orang kafir: "Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul". Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu dan antara orang yang mempunyai ilmu Al Kitab ". (QS. Ar-Ro’du. 13: 43)
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي
2. Dalil Hadits
Dalil-dalil tentang keutamaan ilmu dan orang-orang yang berilmu banyak juga di temukan di dalam Hadits, diantaranya adalah ;
عن معاوية قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ، وَإِنَّماَ أَنَا قَاسِمٌ وَاللهُ يُعْطِيْ. متفق عليه.
Artinya ; “
Dari Mu’awiyah, Ia berkata, Rasulullah SAW. Bersabda, Barang siapa dikehendaki oleh Allah menjadi orang yang baik, maka Allah akan memahamkannya tentang persoalan agama. Aku (kata Rasul)
adalah orang yang membagi (ilmu)
sedangkan Allah adalah dzat yang memberi (ilmu). (Muttafaqun ‘Alaih).
عن كثير بن قيس قال: كُنْتُ جَالِساً مَعَ أبي الدَّرْدَاءِ فِي مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَأتاهُ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا أبا الدَّرْدَاءِ إِنَي أتَيْتُكَ مِنْ مَدينَةِ الرَّسُولِ صلى الله عليه وسلم فِي حَدِيثٍ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم. فَقَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ: أَمَا جِئْتَ لِحَاجَةٍ؟ أَمَا جِئْتَ لِتِجَارَةٍ؟ أَمَا جِئْتَ إِلا لِهذَا الْحَديثِ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: "مَنْ سَلَكَ طَرِيقاً يَطْلُبُ فِيهِ عِلْماً سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيقاً مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ، وَالْمَلاَئِكَةُ تَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضاً لِطَالِب الْعِلْمِ، وَإِن الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِى الأرْضِ، وَالحِيتَانُ فِي الْمَاءِ. وَفَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ. إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأنْبِيَاءِ، إِنَّ الأنْبِيَاءَلَمْ يُوَرِّثُوا دِينَاراً وَلاَ دِرْهَماً، وإنما وَرَثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أخَذَه ُ أخَذَ بحظٍّ وَافِرٍ". رواه أحمد والترمذي وأبو داود وابن ماجة والدارمي.
[2]
Artinya ; “ Diceritakan dari Katsir bin Qois, Ia berkata; Saya duduk-duduk bersama Abu Darda’ di Masjid Damsyiq, kemudian datang seorang laki dan dia berkata; Wahai Abu Darda’, Sesungguhnya saya dari Madinah menemuimu (dalam rangkah membicarakan) hadits yang telah sampai kepadaku, bahwasanya engkaulah yang menceritakan hadits itu dari Rasulullah SAW.
Lalu Abu Darda’ berkata; Apakah engkau datang ada kebutuhan (yang lain), untuk berdagang, atau hanya untuk hadits ini? Laki-laki tersebut menjawab; iya, (hanya untuk hadits ini).
Maka Abu Darda’ berkata; Sesungguhnya sya mendengar Rasulullah SAW bersabda; “
Barang siapa berjalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga, dan para malaikat meletakkan sayap-sayapnya (sebagai tikar)
karena ridlo (senang)
terhadap orang yang mencari ilmu, dan sesungguhnya mahluq-mahluq yang ada di langit dan bumi serta ikan-ikan yang ada di air sungguh-sungguh memintahkan ampunan (dari Allah)
untuk orang ‘alim, dan keutamaan orang ‘alim atas orang yang ahli ibadah (tidak alim) seperti keutamaan bulan purnama atas semua bintang, sesungguhnya ulama’ adalah pewaris para Nabi, sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanya mewariskan ilmu, maka barang siapa mengambilnya berarti ia telah mendapatkan bagian yang sempurna “. (HR. Ahmad, Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah dan Addarimi).
إِنًّ الٍحكْمَةَ تَزِيْدُ الشَّرِيْفَ شَرَفًا وَتَرْفَعُ اْلممْلُوْكَ حَتَّى يُدْرِكَ مَدَارِكَ اْلملُوْكِ.
Artinya : " Bahwa ilmu pengetahuan itu menambah mulia orang yang mulia dan mengangkat seorang budak sampai ke tingkatan raja-raja"
اَلاْيْمَانُ عُرْياَنٌ وَلِبَاسُهُ التَّقْوَى وَزِيْنَتُهُ الْحَيَاءُ وَثَمَرَتُهُ اْلعِلْمُ
Artinya ; “ Iman itu telanjang, pakaiannya adalah ketakwaan, perhiasannya adalah sifat malu dan buahnya adalah ilmu".
يَشْفَعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلاَ ثَةٌ اْلأَنْبِيَاءَ ثُمَّ الْعُلَمَاءَ ثُمَّ الشُّهَدَاءَ
Artinya ; “ Tiga golongan orang yang bisa memberi syafaat pada hari kiamat adalah para nabi, orang-orang berilmu, lalu para
Dalil Atsar dan perkataan Salafus Sholih
قال علي بن أبي طالب رضي الله عنه لكميل, ياَ كَمِيْلُ، اَلْعِلْمُ خَيْرٌ مِنَ اْلماَلِ، اَلْعِلْمُ يُحْرِسُكَ وَأَنْتَ تُحْرِسُ اْلماَلَ، وَالْعِلْمُ حَاكِمٌ وَالْمَالُ مَحْكُوْمٌ عَلَيْهِ، وَالْمَالُ تُنْقِصُهُ النَّفَقَةُ وَاْلعِلْمُ يَزْكُوْ بِالْإِنْفَاقِ.
Artinya : Sayyidina Ali bin Abi Tholib RA berkata kepada Kamil; “ Wahai Kamil, Ilmu itu lebih bagus daripada harta, Ilmu akan menjagamu, sedangkan harta, engkau yang menjaganya. Ilmu adalah hakim, sedangkan harta yang dihakimi. Harta akan berkurang jika di nafkahkan, sedangkan ilmu akan bertambah jika di nafkahkan”.
قَالَ أَبُوْ الْأَسْوَدْ: لَيْسَ شَيْءٌ أَعَزُّ مِنَ الْعِلْمِ، اَلْمُلُوْكُ حُكاَّمٌ عَلىَ النَّاسِ وَالْعُلَمَاءُ حُكَّامٌ عَلَى اْلْمُلُوْكِ.
Artinya : “ Abul Aswad berkata ; Tidak ada sesuatupun yang lebih mulya dari ilmu, raja-raja adalah hakim manusia sedangkan ulama’ adalah hakim raja-raja”.
قَالَ اِبْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: خُيِّرَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ عَلَيْهِمَا السَّلَامُ بَيْنَ الْعِلْمِ وَالْمَالِ وَالْمُلْكِ فَاخْتَارَ الْعِلْمَ فَأُعْطِيَ الْمَالُ وَالْمُلْكُ مَعَهُ.
Artinya : “ Ibnu Abbas RA berkata : Nabi Sulaiman bin Dawud AS. disuruh oleh Allah SWT memilih antara Ilmu, harta dan kekuasaan, maka beliau memilih ilmu, lalu Allah memberinya harta dan kekuasaan sekaligus”.
وقال الحسن رحمه الله: يُوْزَنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِدَادُ الْعُلَمَاءِ بِدَمِ الشُّهَدَاءِ فيرجح مداد العلماء بدم الشهداء.
Artinya : " Sayyidina Hasan RA berkata : “ Pada hari kiamat (nanti) tinta ulama ditimbang dengan darah syuhada', maka tinta ulama’ lebih berat daripada dara syuhada".
(Agus Mahfudz/Sekertaris PCNU Pringsewu)