Warta

Ratu Balqis Pemimpin Yang Dicontohkan Al-Qur’an

Kamis, 24 September 2020 | 13:22 WIB

oleh Ust. Ahmad Sukandi, wakil rois Syuriah PCNU Bandar Lampung

Informasi  adanya  negeri  Saba’  yang  dipimpin  seorang  perempuan  bernama  Ratu  Balqis  telah diterima  oleh  Nabi  Sulaiman  a.s.  dari  pasukan  burung  hud-hud.  Kemegahan  negeri  Saba’ digambarkan  oleh  ratunya  yang  mempunyai  singgasana  yang  indah  dan  megah,  dan  beraneka macam  hiasan  dan  mutiara  yang  tidak  dapat  dihitung  banyaknya.  Dia  memiliki  kekuasaan, kekuatan dan harta benda  yang banyak, tetapi dia dan kaumnya menyembah matahari. Hal ini

sebagaimana dikisahkan dalam al-Qur’an:

إِنِّي وَجَدتُّ ٱمۡرَأَةٗ تَمۡلِكُهُمۡ وَأُوتِيَتۡ مِن كُلِّ شَيۡءٖ وَلَهَا عَرۡشٌ عَظِيمٞ ٢٣ وَجَدتُّهَا وَقَوۡمَهَا يَسۡجُدُونَ لِلشَّمۡسِ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَعۡمَٰلَهُمۡ فَصَدَّهُمۡ عَنِ ٱلسَّبِيلِ فَهُمۡ لَا يَهۡتَدُونَ ٢٤

Sesungguhnya   aku   menjumpai   seorang   perempuan   yang   memerintah   mereka,   dan   dia dianugerahi  segala  sesuatu  serta  mempunyai  singgasana  yang  besar.  Aku  mendapati  dia  dan kaumnyamenyembah  matahari  selain  Alah;  setan  telah  menjadikan  mereka  memandang  baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidk dapat petunjuk (QS An-Naml: 23-24)

Mendengar  laporan  itu  Nabi  Sulaiman  berkata,  sebagaimana  dikisahkan  Allah  Swt  dalam  al- Qur’an surah An-Naml ayat 27 dan 28 berikut ini :

قَالَ سَنَنظُرُ أَصَدَقۡتَ أَمۡ كُنتَ مِنَ ٱلۡكَٰذِبِينَ ٢٧ ٱذۡهَب بِّكِتَٰبِي هَٰذَا فَأَلۡقِهۡ إِلَيۡهِمۡ ثُمَّ تَوَلَّ عَنۡهُمۡ فَٱنظُرۡ مَاذَا يَرۡجِعُونَ ٢٨

Berkata  Sulaiman,  akan  kami  lihat,  apa  kamu  termasuk  orang-orang  yang  berdusta.  Pergilah dengan  membawa  suratku  ini,  lalu  jatuhkan  kepada  mereka,  kemuadian  berpalinglah  dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan QS An-Naml: 27-28)

Setelah surat nabi Sulaiman itu disampaikan kepada Ratu Balqis, ia berkata sebagaimana disinggung dalam firman Allah SWT.

قَالَتۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَؤُاْ إِنِّيٓ أُلۡقِيَ إِلَيَّ كِتَٰبٞ كَرِيمٌ ٢٩ إِنَّهُۥ مِن سُلَيۡمَٰنَ وَإِنَّهُۥ  ٣٠ أَلَّا تَعۡلُواْ عَلَيَّ وَأۡتُونِي مُسۡلِمِينَ ٣١ قَالَتۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَؤُاْ أَفۡتُونِي فِيٓ أَمۡرِي مَا كُنتُ قَاطِعَةً أَمۡرًا حَتَّىٰ تَشۡهَدُونِ ٣٢

Berkata ia (Balqis),”Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat  yang  berharga.  Sesungguhnya  surat  itu  dari  Sulaiman  dan  dan  sesungguhnya  (isi)nya: Dengan  (menyebut) nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha penyayang. Janganlah kamu sekalian  berlaku  sombong  terhadapku  dan  datanglah  kepadaku  sebagai  orang-orang  yang berserah  diri.  Berkata  Balqis,”Hai  pembesar-pembesar,  berilah  aku  pertimbangan  dalam urusanku  (ini)  aku  tidak  pernah  memutuskan  sesuatu  persoalaan  pun  sebelum  kamu  berada dalam majelis (ku)” (QS An-Naml: 29-32).

Dari  ayat-ayat  itu,  tampak  jelas  betapa  dalamnya  pemikiran  Ratu  Balqis,  betapa  besar usahanya untuk mengungkapkan apa yang belum ia ketahui tentang Nabi Sulaiman sehingga ia mengadakan musyawarah dengan para pembesar di kerajaannya untuk meminta pandangan dan pendapat  dari  mereka.  Dalam  musyawarah  ini,  mereka  mengatakan  bahwa  siap  bertempur melawan  Nabi  Sulaiman,  karena  mereka  merasa  memiliki  kekuatan,  baik  pasukan  tempur maupun logistik.

Ratu  Balqis  tidak  terpesona  dengan  ucapan  dan  pandangan  yang  dikemukakan  oleh mereka, tetapi ia mempertimbangkan dengan kecerdasan dan ketajaman pikiran dan analisis, lalu ia berkata,”Bahwasannya seorang raja bila memasuki suatu negeri akan membuat kebinasaan dan  merampas  kerajaan  dan  menjajahnya,  sungguh  saya  akan  uji  dulu  kebenaran  Sulaiman, dengan  mengirimkan  hadiah  yang  berharga.  Bila  ia  menerimanya,  berarti  ia  bukan  seorang Nabi, tetapi bila ia menolaknya, berarti ia benar seorang Nabi.”

Alangkah kuatnya firasat Ratu Balqis, sehingga ia tahu bahwa Sulaiman itu adalah Nabi, karena Sulaiman menolak hadiah yang harganya mahal ketika disampaikan oleh utusannya. Kemudian, Sulaiman  bertanya  kepada  para  pembesar  di  kerajaannya,  siapa  yang  dapat  mengangkat  dan memindahkan singgasana Ratu Balqis sebelum ia dan rombongannya datang berserah diri.

 Hal ini dikisahkan pula dalam al-Qur’an:  

قَالَتۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَؤُاْ إِنِّيٓ أُلۡقِيَ إِلَيَّ كِتَٰبٞ كَرِيمٌ ٢٩ إِنَّهُۥ مِن سُلَيۡمَٰنَ وَإِنَّهُۥ  ٣٠ أَلَّا تَعۡلُواْ عَلَيَّ وَأۡتُونِي مُسۡلِمِينَ ٣١ قَالَتۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَؤُاْ أَفۡتُونِي فِيٓ أَمۡرِي مَا كُنتُ قَاطِعَةً أَمۡرًا حَتَّىٰ تَشۡهَدُونِ ٣٢

Berkata  Sulaiman,”Hai  pembesar-pembesar,  siapakah  diantara  kamu  sekalian  yang  sanggup membawa  singgasananya  kepadaku  sebelum  mereka  datang  kepadaku  sebagai  orang-orang yang berserah diri”. Berkata’Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin,”Aku akan datang kepadamu dengan  membawa  singgasana  itu  kepadamu  sebelum  kamu  berdiri  dari  tempat  dudukmu; sesungguhnya  aku  benar-benar  kuat  untuk  membawanya  lagi  dapat  dipercaya”.  Berkatalah seorang  yang  mempunyai  ilmu  dari  Al  Kitab,”Aku  akan  membawa  singgasana  itu  kepadamu sebelum   matamu   berkedip”.   Maka   tatkala   Sulaiman   melihat   singgasana   itu   terletak   di hadapannya,  ia  pun  berkata,”Ini  termasuk  karunia  Tuhanku  untuk  mencoba  aku  apakah  aku bersyukur  atau  mengingkari  (akan  nikmat-Nya).  Dan  barang  siapa  yang  besyukur,  maka sesungguhnya  dia  bersyukur  untuk  (kebaikan)  dirinya  sendiri  dan  barang  siapa  yang  ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia” (QS An-Naml: 38-40).

Tantangan  Nabi  Sulaiman  disambut  jin  Ifrit  (yang  cerdik).  Setelah  singgasana  dapat dipindahkan    sebelum    Ratu    Balqis    datang    bersama    rombongannya,    Nabi    Sulaiman memerintahkan   untuk   mengubah   beberapa   bagian   dari   singgasana   itu.   Tujuannya   untuk mengetahui  apakah  Ratu  Balqis  masih  mengetahui  singgasananya  atau  tidak.  Nabi  Sulaiman merencanakan penyambutan yang mengejutkan sehingga beliau menyuruh untuk mendatangkan

singgasana Ratu Balqis dalam sekejap, sebagaimana dikisahkan al-Qur’an:

قَالَ نَكِّرُواْ لَهَا عَرۡشَهَا نَنظُرۡ أَتَهۡتَدِيٓ أَمۡ تَكُونُ مِنَ ٱلَّذِينَ لَا يَهۡتَدُونَ ٤١

Dia  berkata,”Ubahlah  baginya  singgasana;  maka  kita  akan  melihat  apakah  dia  mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya).”(QS An Naml: 41).

Ratu Balqis, setelah sampai di kerajaan Nabi Sulaiman, terkejut melihat singgasananya ada  di  situ,  menemukan  keanehan.  Ia  berangkat  meninggalkan  singgasananya,  tetapi  tiba-tiba singgasana  itu  berada  dihadapannya,  di  kerajaan  Nabi  Sulaiman,  dengan  bentuk  yang  sudah diubah (walaupun ia masih mengenalinya). Tergambar dalam pikirannya, ini pasti dilakukan oleh bukan   orang   biasa.    Walaupun   demikian,    ketika   Ratu    Balqis   ditanyakan   apakah    itu singgasananya? Ia menjawab secara diplomatis, “Seakan-akan ini singgasanaku”

Kisah  ini  mengisyaratkan  Ratu  Balqis  adalan  seorang perempuan  yang cerdas,  berpikir cepat, bersikap hati-hati, dan teliti dalam memutuskan sesuatu. Ia tidak gegabah dan buru-buru dalam menetapkan sesuatu, sehingga ketika ditanya tentang singgasananya yang telah pindah itu, ia menjawab dengan ungkapan diplomatis, tidak dengan jawaban vulgar yang dapat menjebak. Bahkan,  kecerdasan  Balqis  dalam  berlogika  dan  bertauhid  terlihat  ketika  ia  melihat  keindahan istana  Nabi  Sulaiman  yang  lantainya  terbuat  dari  marmer  yang  berkilauan  laksana  air.  Dalam ketakjuban itu, Ratu Balqis tidak menyerah begitu saja kepada Sulaiman, tetapi ia mengatakan, “Ya  Tuhanku,  sesungguhnya  aku  telah  berbuat  zalim  terhadap  diriku  dan  aku  berserah  diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”. Ini adalah sebuah ungkapan yang hanya dapat  diucapkan  oleh  orang  yang cerdas.  Di  kala  ia  dalam  kondisi  terdesak,  ia  tidak  langsung mengakui kebesaran lawannya, tetapi ia  “merangkul” lawannya dan menundukkan diri kepada Zat yang lebih tinggi daripada Nabi Sulaiman.

Demikian   al-Qur’an   bercerita   tentang   kepemimpinan   seorang   perempuan   dengan memberikan contoh historis ratu Balqis di negeri Saba’ yang merupakan gambaran perempuan yang   mempunyai   kecemerlangan   pemikiran,   ketajaman   pandangan,   kebijaksanaan   dalam mengambil  keputusan,  dan  strategi  politik  yang  baik.  Waktu  ia  mendapatkan  surat  dari  Nabi Sulaiman,   ia   bermusyawarah   dengan   para   pembesar.   Walaupun   merasa   takut   dan   siap menghadapi  perang  melawan  Sulaiman,  namun  ia  mempunyai  pandangan  yang  jauh,  ia  tidak ingin  negerinya  hancur  dan  rakyat  menjadi  korbannya  karena  ia  mempunyai  intuisi  bahwa Sulaiman raja yang sangat kuat. Dengan melalui utusan dan hadiah yang dibawanya pulang, ia yakin  bahwa  Sulaiman  itu  seorang  Nabi,  maka  tidaklah  bijaksana  melawan  Sulaiman  dan kebenaran   yang   tentu   dijamin   oleh   Tuhan   dengan   kemenangan,   juga   tidaklah   bijaksana menghalangi  kaum  dan  rakyatnya  untuk  menikmati  kebenaran  tersebut  dengan  berperang melawannya untuk mempertahankan kebatilan.


Terkait