MENJELASKAN dan memahami Aswaja serta gerakan karakter Aswaja memang tidak semudah mengembalikan telapak tangan. Sebab, ada kedalaman ilmu yang harus dipahami sebelum mampu menjelaskan hal tersebut, baik dari segi makna ataupun pengamalannya. Dan itupun sampai saat ini masih penulis pelajari tentang pemahaman Aswaja.
Pengertian Aswaja
Menurut berbagai literatur Aswaja adalah kepanjangan dari
Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Ahlus Sunnah artinya orang-orang yang menganut atau mengikuti sunnah Rasulullah Muhammad SAW. Sedangkan, w
al Jamaah berarti mayoritas umat atau mayoritas sahabat Rasulullah SAW. Jadi, jika didefenisikan secara utuh Aswaja atau
Ahlus Sunnah wal Jamaah yaitu orang-orang yang mengikuti
sunnah Nabi Muhammad SAW dan mayoritas sahabat, baik menganutnya dalam syariat (baca: hukum Islam), maupun akidah dan tasawuf.
Sejarah Aswaja
Dalam sejarahnya, istilah Aswaja muncul pertamakali saat Rasulullah menjelaskan di hadapan para sahabat-sahabatnya. Pada waktu itu Rasulullah menjelaskan tentang adanya model
fiqroh (kelompok) dalam Islam.
Kelompok dalam Islam, menurut pejelasan Nabi Muhammad akan terpecah menjadi 73 golongan. Akan tetapi dari 73 golongan tersebut, Rasulullah kembali menegaskan bahwa hanya satu yang akan selamat dari api neraka, yakni
Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Aswaja).
Sabda Rasulullah ini setidaknya dapat dipelajari dalam 6 riwayat hadist. Semuanya sampai saat ini dijadikan sebagai dalil yang kuat. Karena dari penelusuran tidak ada yang tergolong hadist
dloif (lemah). Dari keenam hadist tersebut , ada yang hadist
shahih adapula yang hadist
hasan.
Diantaranya hadist dari riwayat Ibn. Majah, Al-lakai dan lainnya. Hadist ini adalah hadish shahih (dengan sanad yang baik) yang artinya “Dari Annas Bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya Bani Israil akan berkelompok menjadi 71 golongan dan sesungguhnya umatku akan berkelompok menjadi 72 golongan, sumua di neraka kecuali satu yaitu al-jamaah.
Hadist lainnya, yang diriwayatkan oleh At-Tarmizi, AL-Ajiri, Al-Lalkai. Hadist ini tergolong hadist Hasan yang artinya, “Dari Abillah Bin’Amr berkata, Rasullulah SAW bersabda: “Akan datang kepada umatku sebagaimana yang terjadi pada Bani Israil. Mereka meniru prilaku seseorang dengan sepadannya, walaupun diantara mereka ada yang menggauli ibunya terang-terangan, niscaya akan ada diantara umatku yang melakukan seperti mereka. Sesungguhnya Bani Israil berkelompok menjadi 72 golongan. Dan Umatku akan berkelompok menjadi 73 golongan, semua di neraka keculai satu. Sahabat kemudian bertanya, siapa mereka ya Rasullulah? Rasulullah menjawab “Apa yang ada padaku dan sahabat-sahabatku”.
Aswaja NU
Nahdaltul Ulama atau lebih dikenal masyarakat dengan NU juga mengklaim sebagai Aswaja, klaim ini berdasarkan pada fatwa KH. Hasim Asy’ari, Rois Akbar Nahdlatul Ulama yang memberikan gambaran-gambaran tentang
Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Aswaja). Aswaja versi NU ini juga ditegaskan dalam qonun Asasi. Aswaja versi NU yaitu golongan orang-orang yang mengkuti mazhab sebagai berikut:
- Bidang Fiqih atau Hukum Islam, NU mengikuti salah satu dari empat mazhab: Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali
- Bidang Teologi atau ketauhidan (baca: ketuhanan), NU mengikuti pendapat Abu Hasan Alasy’ari atau Abu Mansur Al-Muturidi
- Bidang Tasauf, NU mengikuti pendapat Imam Al-Ghozali atau Imam Junaid Al-Baghdadi
Penjelasan Aswaja NU, menurut KH. Hasim Asy’ari ini tentu dapat dipahami bahwa beliau tidak melihat dari pandangan defenitif
(ta’rif), tetapi lebih menekankan pada penjelasan makna Aswaja dengan cara yang lebih mudah sehingga dapat dipahami dan diamalakan oleh masyarakat pada umumnya, yaitu dengan cara mermazhab.
Mermazhab dilakukan NU karena memang secara definitive redaksional , para ulama banyak yang berbeda pendapat tentang
Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Aswaja). Tetapi dari perbedaan pendapat tersebut muara atau tujuannya adalah sama yaitu:
Ma ana alaihi wa ashabii. Singkatnya , NU mengajurkan bahwa untuk memahami Al-Qur’an dan Hadist perlu penafsiaran para ulama yang memang ahlinya, sehingga dianggap penting bagi orang NU untuk bermazhab.
Karakter Gerakan Aswaja NU
Melihat pengertian dan sejarah Aswaja serta NU didalamnya, setidaknya memberikan gambaran runtun bagiman NU menanamkan gerakan aswaja ini kedalam tiga ciri utama
.
Pertama.
T-tawassuth atau sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ektrim kanan. Hal ini disarkan pada firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah Ayat 143 yang artinya “ Dan demikinlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat pertengahan (adil dalam pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbutan) kamu sekalian.
Kedua,
At-tawazun atau seimbang dalam segala hal, termasuk dalam penggunaan dalil ‘aqli (dalil yang bersumber dari akar pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Alquran dan hadist). Berkaitan dengan hal ini Allah SWT berfirman di dalam Alquran Surat Al-Hadid ayat 25, yang artinya “Sesungguhnya kami teleh mengutus Rasul-rasul kami dengan membawa bukti kebenaran yang nyata, dan kami turunkan bersama mereka al-kitab atau neraca (penimbang keadilan) supaya manusia dapat merasakan keadilan”.
Ketiga:
Al-I’tidal atau tegak lurus. Dalam Alqur’an surat Al-Maidah Ayat 8, Allah SWT berfirman yang artinya “Wahai orang-orng yang beriman hendaknya kamu sekalian menjadi orang-orang yang beriman hendaknya kamu sekalian menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencianmu kepada suatu kaum menjadikanmu berlaku tidak adil. Berbuat adilah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena susungguhnya Allah maha meliahat apa yang kamu kerjakan.
Selain ketiga prinsip tersebut NU juga selalu mengamalkan sikap
tasamuh atu toleransi. Yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memilki hidup yang tidak sama. Akan tetapi hal ini bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang seharusnya diyakini.
Gerakan Aswaja NU tentu harus memegang prinsip-prinsip yang telah diajarkan. Mencontoh Nabi Muhammad SAW dan sahabat serta mempelajari ilmu yang telah ajarkan, sehingga harapnya kepada seseorang yang mengakui sebagai NU seharusnya mengamalkan prinsip gerakan Aswaja NU tersebut.
Wallahualam.( Imam Mahmud/ dari berbagai sumber)