WAY KANAN - Kiai Angling Darma (Gus Hafidz) mengisi pengajian akbar yang diselenggarakan Lembaga Persatuan Tokoh Islam (LPTI) Wali Songo diketuai KH Rofi'ul Bashori Annashih, di lapangan Kampung Way Agung, Kecamatan Buay Bahuga, Kabupaten Way Kanan, Ahad (21/8).
"Waspadai GAT (gerakan anti tahlil), GAM (gerakan anti manaqib), GAS (gerakan anti sholawat). Semua itu termasuk GSG alias gerakan samber gelap. Kita adalah ahlusunah waljamaah, bukan MTA alias manungsa tatanane angel (manusia susah ditata)," ujarnya saat menyampaikan ceramah dihadiri ribuan jamaah yang memenuhi 60 tenda.
Secara logika, imbuh dia, mana yang akan disukai oleh Allah SWT? "Orang yang tidak pernah membaca Alquran seperti surat Yasin atau yang suka membaca? Amaliah-amaliah kita seperti tahlil, manaqiban, kuburan dipatok atau dikasih tanda juga dibilang bid'ah. Jika demikian, kubur saja jasad jenazah pelarang tahlil di lapangan bola, terus suruh orang-orang satu bermain bola di atasnya," katanya disambut riuh tepuk tangan jamaah.
Kiai asal Semarang, Jawa Tengah itu mengajak orang tua untuk menitipkan anak-anaknya mengaji ke tempat kiai-kiai yang sejak kecil mengaji, paham betul dengan Islam ahlusunah waljamaah, golongan yang dijanjikan oleh Allah untuk masuk surga.
"Jangan titipkan kepada yang tiba-tiba mengaji, mendadak kiai. Titipkan anak-anak kita kepada kiai yang mengajarkan kalau ada orang pembacaan Alquran. Setelah selesai satu ayat disambut dengan ucapan 'Allah'," ujar dia lagi.
Dakhwah dengan menggunakan musik, menurutnya juga bukan persoalan.
"Tergantung bagaimana menempatkannya. Kalau ada dakwah, terus yang mendengar pegang botol, itu haram. Sama juga dengan HP, kalau digunakan berdiskusi, minta pengetahuan agama dengan kiai HP itu halal, tapi kalau digunakan untuk menganggu istri atau suami orang, jadinya haram," paparnya.
Hadir pada pengajian diamankan puluhan anggota Banser dari Way Tuba, Buay Bahuga, Bumi Agung dan Bahuga tersebut antara lain, Bupati Raden Adipati Surya, Ketua DPRD Nikman Karim, Camat Buay Bahuga Tupoyo, Kapolsek Buay Bahuga AKP Maryadi dan sejumlah pengasuh pesantren setempat. (Gatot Arifianto)