Warta

Kiai Ahli Falak NU Berpulang, PBNU Instruksikan Sholat Gaib

Rabu, 19 Februari 2020 | 18:49 WIB

JAKARTA – Nahdlatul Ulama (NU) kembali berduka. Satu lagi kiai panutan berpulang ke Rahmatullah. KH Ahmad Ghazalie Masroeri wafat sekitar pukul 10.45 WIB di RS Suyoto Bintaro, Jakarta Selatan, Rabu (19/2/2020).

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pun berkabung dan meminta seluruh Nahdliyin, pengurus NU, lembaga, dan badan otonom untuk melaksanakan shalat ghaib, pembacaan yasin, dan tahlil untuk almarhum Ketua Lembaga Falakiyah PBNU ini.

Instruksi tersebut tertuang dalam Surat Keterangan Nomor 3916/C.I.34/02/2020 yang diterbitkan Rabu, 19 Februari 2020. Surat tersebut ditandatangani oleh Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Katib Aam KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum KH Said Aqil Siroj, dan Sekjen HA Helmy Faishal Zaini.

"Sehubungan dengan hal tersebut, PBNU dengan ini menginstruksikan kepada seluruh Pengurus Wilayah, Cabang, Lembaga, Badan Otonom Nahdlatul Ulama dan Pondok Pesantren di semua tingkatan untuk menyelenggarakan Shalat Ghoib, Pembacaan Yasin dan Tahlil untuk Alamarhum," demikian keterangan surat instruksi itu sebagai diterima redaksi nulampung.or.id.

Sebagaimana diketahui, KH Ghazalie Masroeri wafat  sekitar pukul 10.45 di RS Suyoto Bintaro, Jakarta Selatan.Seusai shalat asar, jenazah dishalatkan di Masjid An-Nahdlah Gedung PBNU, kemudian dimakamkan di Purwodadi, Jawa Tengah.

Ahli Falak

Kiai Ghazali dikenal sebagai ulama ahli falak. Kealimannya dalam bidang ilmu falak membuatnya menjadi rujukan banyak pihak, termasuk Kementerian Agama dalam sidang itsbat.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyebut KH Ahmad Ghazalie Masroeri sebagai orang alim dalam ilmu falak sehingga menjadi rujukan banyak pihak.

Kiai Said dalam sebuah kesempatan pernah mengatakan, selama Kiai Ghozalie hidup, selama itulah Lembaga Falakiyah PBNU akan diamanahkan kepadanya. 

Salah satu jasa besar Kiai Ghazalie adalah menjaga dan memastikan bahwa penanggalan NU berpegang teguh pada hitungan metode rukyat yang didukung hisab.

Publik tahu, begitu vokal Kiai Ghazalie saat berbicara mengenai rukyat saat menentukan 1 Syawal yang disiarkan langsung oleh stasiun tv-tv swasta beberapa tahun lalu.  

“Orang selalu salah paham terhadap NU yang mengedepankan rukyat. Di zaman modern kok rukyat, bukan hisab. Itu kan tradisional. Orang seperti itu tidak tahu, justru NU itu gudangnya ahli hisab,” kata Kiai Ghozalie

Menurut Kiai Ghozalie, ahli rukyat NU adalah ahli hisab. Jadi, bisa kedua-duanya. Bukan berarti mengedapankan rukyat dengan meninggalkan hisab, tapi justru menggabungkannya. Kiai Ghazalie sendiri adalah ahli di kedua bidang itu karena memang santri dari ahli falak, KH Ahmad Turaichan, Kudus.   

Ketika kondisi matanya terganggu sehingga tak bisa melihat, tidak kemudian Kiai Ghazalie melemah dalam rukyat yang tentu saja mengedepankan fungsi mata. Ia kemudian mewakafkan dirinya menjadi manajer para ahli rukyat NU. 

“Saya juga perukyat, karena mata saya sudah begini, (kurang bisa melihat) jadi manajer para perukyat,” tegasnya.    

Di NU, Kiai Ghazalie memadukan para ahli hisab, ahli rukyat, ahli astronomi, sekaligus ahli fiqih untuk menghasilkan penanggalan yang berkualitas. Mereka berpendidikan dalam dan luar negeri. Ada yang dari Inggris, Prancis, ada juga dari lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB), tapi latar belakang mereka adalah pesantren-pesantren NU.   

Di bawah manajer Kiai Ghazalie, Lembaga Falakiyah menciptakan metode-metode baru dalam penanggalan, misalnya Al-Mawaqid diciptakan Dr. Ir. Hafid, Samrotul diciptakan Fikr Ghazali Muhammad. Di masa dia pula Lembaga Falakiyah PBNU memiliki NUMO (Nahdlatul 'Ulama Mobile Observatory) yang digawangi Hendro Setyanto.  (nu.or.id/saf)


Terkait