Etika Berdebat dan Berbantah-Bantahan
Oleh Ust. Suparman Abdul Karim
(Ketua Lembaga Dakwah NU (LDNU) Lampung)
SEBAGIAN kita sudah cukup merasa pintar karena bisa berdebat. Bahkan ada yang merasa hebat dan puas karena bisa menjatuhkan lawan debatnya.Sadarkah kita, bahwa suka berdebat, khususnya debat kusir-adalah sifat Iblis.
Awal mulanya ia merasa paling benar, paling shahih, dan merasa paling baik, sehingga kemudian ia memiliki kecenderungan untuk menyalahkan orang lain. Kecenderungan inilah yang kemudian melahirkan debat kusir.
Termasuk sikap orang yang bertakwa adalah menjauhkan diri dari berdebat. Karena perdebatan akan menimbulkan permusuhan, akan menyuburkan kesombongan dan saling menjatuhkan atau menghinakan. Merasa bangga apabila memenangkan perdebatan dan timbul sakit hati jika ternyata dikalahkan.
Rasulullah SAW bersabda:
مَن ْتَرَكَ اْلِمَراءَ وَهُوَ يُحِقُّ بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِى اَعْلىَ الْجَـنَّةِ وَمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُبْطِلٌ بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِى رَبْضِ الْجَـنَّةِ.
Artinya: “Barangsiapa meninggalkan berbantah-bantahan, padahal ia dalam pihak yang benar, pasti dibangunkan untuknya rumah disurga yang paling tinggi. Dan barangsiapa yang meniggalkan berbantah-bantahan, sedangkan ia dalam pihak yang salah, maka akan dibangunkan untuknya rumah ditengah-tengah surga” (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
ذَرُو اْلِمرَاءَ فَإِنَّهُ لاَ تُفْهَمَ حِكْمَةَ وَلاَ تُؤْمَنُ فِتْنَـتُهُ
Artinya: “Tinggalkanlah berbantah-bantahan, karena berbantah-bantahan tidak didapati hikmahnya dan tidak dapat dijamin aman dari fitnahnya” (H.R. Ath-Thabrani).
Sebaik apapun obrolan atau suatu mejelis, jika orang-orang di dalamnya telah terjerumus dalam berbantah-bantahan maka majelis itu akan menjadi malapetaka. Setiap berbantah-bantahan tidak ada hikmahnya, tidak ada gunanya dan bahkan banyak fitnahnya. Akibat berbantah-bantahan akan menimbulkan sakit hati, tersinggung, dan dapat merusak persaudaraan.
BERBANTAH-BANTAHAN DALAM AGAMA
Malik bin Anas ra., berkata, “berbantah-bantahan itu sama sekali tidak termasuk ajaran agama, karena berbantah-bantahan itu membuat hati menjadi batu dan menimbulkan kedengkian”. Nabi SAW berjanji barangsipa yang menjauhi berbantah-bantahan dalam agama, baik ia dalam keadaan benar atau salah, maka ia akan mendapatkan rumah (istana) di surga.
Rasulullah SAW bersabda:
لاَ تُمَارِ أَخَاكَ
Artinya: "Janganlah berbantah-bantahan dengan saudaramu sesama sesama muslim" (Sunan at-Tirmidzî, no. 1995).
Dalam perkara agama dikenal perkara yang khilafiyah, yakni perbedaan pandangan diantara ulama mujtahid (Ahli Fikih) sehingga melahirkankan beberapa madzhab. Oleh karena itu, kita dilarang memperdebatkan lagi khilafiyah tersebut dan mengaku pendapat madzhab yang mana paling baik. Perilaku yang semacam ini akan merusak agama dan akan merusak persaudaraan. Para ulama (mujtahid) tidak pernah memberi contoh perdebatan semacam itu, karena mereka telah bersepakat dalam perkara yang pokok (ushul) dan hanya berbeda pada perkara yang cabang (furu').
Rasulullah SAW bersabda:
مَاظَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ اَنْ هذَا هُمُ اللهُ اِلاَّ اُوْتُوا الْجَلَلِ.
Artinya: “Tidaklah sesat suatu kaum setelah diberikan petunjuk oleh Allah kecuali karena mereka mendatangi perdebatan” (HR. At-Tirmidzi)
BERBANTAH-BANTAHAN KARENA ILMU
Umar bin Khathab ra., berpesan, “Janganlah mempelajari ilmu karena tiga hal dan janganlah meninggalkannya karena tiga hal. Yaitu pertama, janganlah mempelajari ilmu jika hanya dimaksudkan untuk berbantah-bantahan. Kedua, janganlah mempelajari ilmu jika hanya bertujuan untuk berbangga diri, dan ketiga, janganlah belajar ilmu jika tujuannya untuk riya’ (ingin dipuji).
Namun demikian, hal yang tidak boleh ditinggalkan yaitu, pertama janganlah meninggalkan mempelajari ilmu karena malu belajar. Kedua, janganlah meninggalkan mempelajari ilmu karena malas, dan ketiga janganlah meninggalkan mempelajari ilmu karena rela (pasrah) dalam kebodohan”. (menurut suatu riwayat pesan Umar ini mengutip nasehat Luqman AS kepada anaknya). (*)