Kisah Sahabat dalam Kitab Dalā’il al-Nubuwwah yang Penuh Kejenakaan
Jumat, 28 Maret 2025 | 20:16 WIB
Kitab Dalā’il al-Nubuwwah karya Imam al-Bayhaqi tidak hanya berisi kisah mukjizat dan keagungan Nabi Muhammad saw, tetapi juga momen-momen unik dan jenaka yang melibatkan para sahabat. Mereka bukan hanya pejuang tangguh dan ahli ibadah, tetapi juga manusia biasa yang tak lepas dari kekonyolan dalam keseharian.
Salah satu kisah menarik adalah tentang Nuaiman bin Amr, sahabat yang dikenal sebagai pelawak di antara kaum Muslim. Ia beberapa kali membuat Rasulullah saw tersenyum dengan kelakuannya yang unik. Suatu hari, ia melihat seorang pedagang membawa madu dan berinisiatif membelikannya untuk Rasulullah. Namun, alih-alih membayar, ia malah kabur dan menyuruh si pedagang menagih langsung kepada Nabi. Rasulullah pun tertawa dan akhirnya membayarkan madu itu, sambil berkata, “Nuaiman memang selalu punya cara untuk membuatku tertawa.”
Kisah lain yang menarik adalah ketika seorang wanita tua bertanya kepada Nabi, “Ya Rasulullah, apakah aku bisa masuk surga?” Nabi bercanda dengan menjawab, “Di surga tidak ada orang tua.” Wanita itu langsung bersedih, tetapi kemudian Nabi menjelaskan, “Karena Allah akan menjadikanmu muda kembali di surga.” Mendengar itu, wanita tersebut pun tersenyum lega. Ini adalah contoh bagaimana Rasulullah menggunakan humor untuk menyampaikan kabar gembira dengan cara yang ringan.
Ada juga kisah Umar bin Khattab yang terkenal dengan ketegasannya tetapi sesekali terjebak dalam situasi lucu. Suatu hari, seorang sahabat mengajaknya bercanda dengan mengatakan, “Wahai Umar, kenapa engkau selalu terlihat serius? Seharusnya engkau juga bisa bercanda.” Umar pun menjawab dengan muka datar, “Aku bercanda, tapi aku tidak berdusta.” Jawaban itu bukannya membuat suasana serius, justru membuat para sahabat tertawa karena khas dengan gaya Umar yang tetap tegas meskipun bercanda.
Baca Juga
Ada Berapakah Jumlah Sahabat Nabi?
Ali bin Abi Thalib pun dikenal dengan kecerdasan dan humornya yang tajam. Dalam satu riwayat, seorang sahabat bertanya kepadanya, “Wahai Ali, mengapa aku selalu merasa lapar meskipun sudah makan banyak?” Ali dengan santai menjawab, “Mungkin karena kau lebih banyak berpikir daripada mencerna makanan.” Jawaban itu sontak membuat orang-orang di sekitarnya tertawa.
Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa para sahabat adalah pribadi-pribadi yang hidup dengan keseimbangan. Mereka memiliki keteguhan dalam beragama, tetapi juga tidak meninggalkan keceriaan dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah saw sendiri tidak pernah menolak humor yang sehat, bahkan mendorong kebersamaan dengan cara yang penuh kehangatan.
Di tengah kesibukan dan tekanan hidup, kisah-kisah ini mengajarkan bahwa tawa dan keceriaan adalah bagian dari kehidupan beragama yang sehat. Islam bukan hanya tentang kewajiban dan hukum, tetapi juga tentang kebersamaan, kasih sayang, dan bahkan humor yang penuh hikmah.
H. Wahyu Iryana, Penulis Merupakan Sejarawan Muslim UIN Raden Intan Lampung.