Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya

Warta

Kitab Kuning Adalah Ruh Untuk Pesantren

PONDOK pesantren merupakan tempat pendidikan tertua di indonesia. Meski kerap disebut sebagai mengelola pendidikan tradisional, namun ada banyak tokoh penting negeri ini lahir dari pondok pesantren. Pendidikan di pondok pesantren memanglah berbeda dengan pendidikan disekolah pada umumnya. Selain karena di dalamnya lebih menekankan pada pemahaman agama Islam dan akhlak, di pondok pesantren juga, khususnya pesantren salaf menjadikan kitab kuning sebagai rujukan utama sekaligus sebagai media utama dalam pembelajaran. Di pesantren, semua dan ilmu rujukan utamanya adalah kitab kuning sebagai medianya. Kitab kuning dibahas secara rinci dan mengupasnya secara menyeluruh oleh para santri. Baik dari segi ilmu fikih maupun yang lainnya. Semuanya dikembalikan kepada kitab kuning. Boleh dikata bahwa kitab kuning adalah ruh dari pendidikan pesantren.Demikian dikatakan Wakil Syuriah PWNU Lampung, KH.Zainul Abidin kepada nulampung.or.id. Ustadz Zainul, demikian biasa dipanggil, mengatakan, meyakini bahwa kitab kuning merupakan ruh dari sebuah pondok pesantren. "Ruh pesentren itu ya kitab kuning. Apabila pondok pesantren tidak mengajarkan kitab kuning, maka seakan tidak ada ruh di dalamnya, dan tidak ada bedanya dengan pendidikan pada umumnya," katanya. Lebih lanjut pengasuh Pondok Pesantren Al Munawwirussholih tersebut mengatakan bahwa meskipun saat ini banyak pendidikan pondok pesantren yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman dengan membuka berbagai macam sekolah umum, namun kitab kuning harus tetap diajarkan dan dipelajari. "Saat ini pondok pesantren bertransformasi sedemikian rupa mengikuti perkembangan zaman, dengan membuka bermacam- macam sekolah umum dengan berbagai macam jurusan. Itu silahkan saja dan itu bagus. Akan tetapi kitab kuning harus tetap diajarkan di pesantren, karena itu adalah inti dari pondok pesantren,"tandasnya. Dosen IAIN RI Lampung tersebut merasa miris dan prihatin saat ini banyak pondok-pondok pesantren yang justru tidak mengajarkan kitab kuning di dalamnya, dan malah terlena dengan berbagai keunggulan pengetahuan umumnya. "Pondok pesantren sekarang lebih bangga santrinya unggul dalam pengetahuan umum, tapi tidak bangga dengan kitab kuning," pungkasnya. (Sunarto)